Liputan6.com, Jakarta - Emil Dardak menjadi sosok yang tengah diperbincangkan. Ini lantaran Bupati Trenggalek tersebut memutuskan untuk mendampingi Khofifah Indar Parawansa maju dalam Pilkada Jatim 2018.
Emil Dardak merupakan politikus muda yang patut diperhitungkan. Mengawali karier politiknya dengan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Emil dipercaya maju pada pemilihan kepala daerah Trenggalek pada 2015. Pilkada ini sekaligus menjadi pertarungan pertama Emil di pentas demokrasi.
Baca Juga
Saat itu, ia maju bersama Mochamad Nur Arifin untuk beradu strategi dengan petahana Kholik-Priyo Handoko.
Advertisement
Saat itu, ia disokong tujuh partai, yaitu Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Persatuan Pembangunan.
PDIP, sebagai penyokong kadernya, mengabadikan momen-momen penyerahan dukungan kepada Emil Dardak. Dalam foto yang beredar, tampak Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berdiri di samping Emil Dardak. Hasto yang mengenakan kemeja merah dengan logo PDIP di sisi kirinya itu mengacungkan jempol.
Pose yang sama diperagakan Emil Dardak. Suami artis Arumi Bachsin itu juga mengacungkan jempol. Keduanya mengembangkan senyum.
Dalam proses Pilkada Trenggalek, pasangan Emil Dardak-Mochamad Nur Arifin unggul. Pasangan itu mengalahkan petahana dengan memperoleh 292.248 suara atau sekitar 76,28 persen. Alhasil, keduanya pun memimpin Trenggalek untuk periode 2015-2020.
Namun di tengah kepemimpinan, godaan lantas menghampirinya. Pria kelahiran 33 tahun itu digadang-gadang maju dalam kontestasi yang lebih tinggi, yaitu Pemilihan Gubernur Jawa Timur. PDIP sebagai partai penyokong mewanti-wanti agar Emil mematuhi amanah Megawati Soekarnoputri untuk tidak mencalonkan diri.
"Saya jamin Mas Emil Dardak tidak maju di Pilkada Jatim mendatang dari partai lain," ujar Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Kusnadi di Surabaya, Jumat, 20 Oktober 2017.
Seakan mengabaikan petuah sang Ketua Umum, Emil Dardak terus melangkah. Dia akhirnya memutuskan maju dalam Pilkada Jatim bersama Khofifah Indar Parawansa.
Terekam Bersama SBY
Langkahnya pertama kali terekam dalam foto yang beredar. Dalam gambar itu, terlihat Khofifah dan Emil mendapat surat rekomendasi dari SBY. Mereka didampingi Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
"Soal foto memang demikian adanya, tetapi soal 'resminya' dukungan tersebut sebaiknya menunggu sampai adanya rekomendasi resmi yang diterbitkan," kata Roy saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Selasa, 21 November 2017.
Sehari setelahnya, Khofifah langsung bertandang ke markas Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat. Khofifah yang tiba pukul 11.05 WIB, turun dari mobil hitam berpelat RI 30 dan memakai baju serba kuning.
Kedatangan Khofifah guna penyerahan Surat Keputusan DPP Partai Golkar tentang Persetujuan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Tahun 2018.
Selang 10 menit, Emil Dardak yang dipasangkan sebagai calon wakil gubernur datang. "Nanti ya, nanti," ujar suami artis Arumi Bachsin itu.
Keputusan Emil Dardak yang membelot itu membuat PDIP sedikit "sewot". Ketua DPD PDIP Jawa Timur, Kusnadi, mengaku Emil belum kulonuwon atas keputusan tersebut.
"(Emil) Selonong boy-lah kalau bahasa Jakartanya," kata Kusnadi pada Liputan6.com, Rabu (22/11/2017).
Permintaan maaf resmi disampaikan PDIP kepada masyarakat Trenggalek atas keputusan Emil Dardak itu. Permintaan maaf terbuka tersebut tertuang dalam 14 poin pernyataan sikap PDIP yang disampaikan melalui DPC maupun DPD PDIP Trenggalek.
"Ini menjadi pernyataan sikap resmi kami (PDIP) menyikapi semakin kencangnya pemberitaan media massa terhadap Bupati Trenggalek Emil Dardak dalam pusaran Pilkada Jawa Timur, beberapa hari terakhir," kata Ketua DPC PDIP Trenggalek Doding Rahmadi seperti dikutip dari Antara, Rabu (22/11/2017).
Bahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut, sikap Emil Dardak bagian dari cermin berpendidikan Barat. Emil Dardak diketahui menghabiskan masa pendidikan S1 di Universitas New South Wales, Australia. Sedangkan gelar S2 dan S3 didapatkan dari Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang
"Sebagai seorang yang lama berpendidikan Barat, wajar jika memandang proses kepemimpinan sebagai proses loncatan karier sebagai hak individu sebagaimana diagungkan di Barat," kata Hasto Kristiyanto ketika dihubungi Liputan6.com dengan nada menyindir.
Meski begitu, Hasto menegaskan, tiap warga negara memiliki hak konstitusional untuk memilih dan dipilih. Karena itu, pilihan Emil sah-sah saja.
"Sekarang kami serahkan sepenuhnya kepada masyarakat Trenggalek. Biarkan rakyat yang menilai, sebab rakyatlah berdaulat di dalam memilih pemimpin," ujar Hasto.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement