Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik CSIS J Kristiadi menilai, Koordinator Bidang Ekonomi DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto menjadi salah satu kader Golkar yang paling berpeluang besar menggantikan Setya Novanto.
Kristiadi mengatakan, perannya saat ini di pemerintahan sebagai Menteri Perindustrian membuat dia dianggap sebagai sosok profesional yang dapat membawa perubahan bagi partai berlambang beringin itu.
"Airlangga Hartarto cocok menurut saya (jadi Ketum), beliau aktif melakukan reformasi konstitusi, dia profesional, memang bukan politisi. Orang profesional lebih punya nurani dan empati," ujar Kristiadi di acara diskusi di Kantaor PARA Syndicate di Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).
Advertisement
Dengan terjeratnya Setya Novanto pada kasus dugaan korupsi e-KTP, Kristiadi menilai Novanto harus sadar dan tidak memikirkan dirinya sendiri melainkan harus memikirkan DPR RI dan Partai Golkar.
"Novanto harus sadar, dia adalah ketua umum partai golkar, Setnov adalah ketua DPR RI yang punya kedudukan mulia, kalau sudah seperti ini dia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri.
Terkait dengan kemungkinan adanya upaya simpatisan Setya Novanto mengusung calon ketua umum di Munaslub, Kristiadi memprediksi sulit kemungkinan calon tersebut meraih dukungan dari daerah.
"Yang dipikirkan harusnya institusi lembaga rakyat yaitu DPR, bukan malah mengorbankan partainya dengan memberikan kepercayaan kepada Plt,’" ucap dia.
Setya Novanto, kata Kritiadi harus mundur dari kursi Ketua DPR dan Ketum Golkar. "Dia harus mundur, itu justru jadi pupuk suburnya Golkar yang akan datang. Tapi kalau dia bertahan, dialah yang menggali kubur untuk menguburkan golkar itu sendiri," kata dia.
Dukungan Internal Golkar
Dukungan terhadap Airlangga sebelumnya juga disampaikan politikus Golkar Yorrys Raweyai.
Dia memandang Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjadi sosok yang tepat, untuk menyelamatkan partai dengan menggantikan posisi Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
"Golkar ini harus bisa. Kita tidak kekurangan kader, sekarang itu kelihatannya ke Airlangga Hartarto," jelas Yorrys.
Dia menjelaskan, kejadian selama dua hari berturut-turut mulai dari penangkapan ataupun penetapan daftar pencarian orang (DPO) terhadap Setya Novanto, sangat memukul Partai Golkar. Selain itu, kondisi ini membuat Partai Golkar menjadi sulit berkonsolidasi.
Ditambah lagi, lanjut dia, mulai 2018 kita sudah memasuki tahun politik hingga 2019. Misalnya, awal tahun depan sudah ada penetapan calon kepala daerah di berbagai wilayah yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan langkah cepat kader partai.
"Mungkin minggu depan kita sudah mulai melakukan konsolidasi (untuk mengganti Ketua Umum) sesuai dengan mekanisme organisasi," ujar Yorrys.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement