RSUD Tangerang Siapkan Ruangan Khusus Pasien Difteri

Ruangan khusus isolasi tersebut akan menampung para pasien baru terduga kasus difteri yang akan diperiksa.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 22 Des 2017, 03:03 WIB
Diterbitkan 22 Des 2017, 03:03 WIB
Difteri
Seorang mahasiswa saat disuntik vaksin difteri di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Kamis (14/5). Ratusan mahasiswa/wi yang berusia di bawah 19 tahun mendapatkan imunisasi (Td) sebagai antisipasi mewabahnya penyakit difteri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Tangerang - RSUD Kabupaten Tangerang siapkan ruang khusus perawatan pasien difteri. Langkah ini dilakukan agar penanganan pasien penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini bisa lebih fokus dan tak akan menular kepada pasien lain.

"Disiapkan untuk penanganan khusus, perlengkapan khususnya juga disiapkan," kata Humas RSUD Kabupaten Tangerang, Yudi, Kamis (21/12/2017).

Menurutnya, persiapan dua ruangan khusus isolasi ini untuk menindaklanjuti pasien penderita difteri yang meningkat di Tangerang.

"Ini tidaklanjut hasil data kemarin yang kita dapat kan meningkatkan, makanya kami menambahkan fasilitas ruangan isolasi ini," ucap Yudi.

Yudi menjelaskan, ruangan khusus isolasi tersebut akan menampung para pasien baru terduga kasus difteri yang akan diperiksa.

"Jadi pada pasien baru diduga difteri yang datang ke sini, sebelum dikatakan positif atau masih negatifnya penderita, kita tampung dulu di sini, biar nggak nular," kata Yudi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Remaja Sukabumi Meninggal Karena Difteri

Dikira Hanya Panas Dalam, Remaja Sukabumi Tewas karena Difteri
Belum usai duka keluarga, adik dari remaja Sukabumi yang tewas juga dinyatakan positif mengidap difteri. (Liputan6.com/Mulvi Mohammad)

Rahmat Alfian (14), seorang pasien difteri asal Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Rahmat merupakan salah satu dari tujuh pasien difteri di Sukabumi.

"Satu orang pasien difteri meninggal dunia di Bandung," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Harun Arrasyid, Selasa malam, 19 Desember 2017.

Informasi yang dihimpun Liputan6.com, Rahmat mulai dirujuk ke RSHS Bandung pada Sabtu, 16 Desember 2017. Sebelumnya, ia sempat dibawa ke klinik dan rumah sakit daerah di Sukabumi.

Rahmat terpaksa dirujuk ke Bandung karena kondisinya yang semakin parah. Ia dirujuk ke RSHS Bandung atas saran dokter yang menanganinya di Rumah Sakit R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

Sekitar tiga hari berselang, Rahmat mengembuskan nafas terakhir di RSHS Bandung pada Selasa dini hari. Jenazah Rahmat dimakamkan di tempat pemakaman umum dekat rumah orangtuanhya di Kampung Kopeng, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.

"Pasien sudah dikebumikan pada Selasa pagi," kata Harun.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi telah menetapkan penyebaran bakteri difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB). Selain Rahmat, terdapat enam pasien lain yang dilarikan ke rumah sakit setelah diduga terjangkit difteri.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menunjukkan, lima pasien di antaranya masih dinyatakan sebagai terduga pasien difteri. Sementara, satu orang pasien yang tak lain adik Rahmat, Muhamad Said (7), dinyatakan positif difteri dan kini dirawat di ruang isolasi RSUD Sekarwangi Cibadak.

Bekas Siapkan 8 RS

Difteri
Seorang paramedis menyiapkan vaksin difteri untuk diberikan kepada siswa di sebuah sekolah dasar pada hari pertama sebuah kampanye di Tangerang, Senin (11/12). (AP Photo / Tatan Syuflana)

Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, menyediakan layanan perawatan bagi pasien difteri di delapan rumah sakit swasta. Rumah sakit itu telah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung.

"Salah satu pertimbangan penunjukan delapan rumah sakit tersebut adalah ketersediaan fasilitas isolasi berupa pemisahan pasien difteri dengan pasien lainnya karena berpotensi menular," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Kusnanto di Bekasi, Jumat (15/12/2017).

Menurut dia, penyakit difteri yang disebabkan kuman itu berpotensi menular kepada orang lain dengan imun tubuh yang kurang. "Penyakit ini ditandai dengan munculnya lapisan putih di belakang tenggorokan. Itu yang membedakan infeksi saluran pernapasan akut dengan difteri," ujarnya seperti dilansir Antara.

Penanganan pasien difteri, kata dia, dikerjasamakan dengan seluruh rumah sakit di wilayah setempat dengan sejumlah kriteria fasilitas.

"Pasien difteri ini biasanya butuh isolasi. Namun tidak semua rumah sakit di Kota Bekasi memiliki fasilitas itu," ucap Kusnanto.

Dari total 42 rumah sakit swasta di Kota Bekasi, hanya delapan di antaranya yang dilengkapi fasilitas ruang isolasi.

Delapan rumah sakit yang dimaksud adalah, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi, RS Hermina Galaxy, RS Hermina Kemakmuran, RS Awal Bros, RS Mitra Cibubur, RS Permata Bekasi, RS Siloam dan RS Anna Medika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya