Menengok Bus Tingkat Jakarta Tempo Doeloe

Kendati hanya menjajal rute tertentu, keberadaan bus tingkat atau double decker pernah mewarnai pemandangan jalanan di Ibu Kota.

oleh Rinaldo diperbarui 23 Jan 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2018, 08:00 WIB
bus tingkat
Bus tingkat PPD merek Leyland buatan Inggris 1968 yang beroperasi melayani trayek Blok M-Salemba-Pasar Senen tahun 1968 sampai 1982. Foto ini diambil tahun 1971 saat bus melewati kawasan Semanggi. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah sebagai bagian masa lalu ternyata tak melulu hilang ditelan zaman. Tak jarang sejarah kembali terulang, meski dengan cara berbeda. Misalnya kehadiran bus tingkat wisata yang kini melaju di jalanan Ibu Kota, ternyata adalah pengulangan dari masa lalu.

Bagi mereka yang sempat naik-turun angkutan umum di Jakarta pada era 1980-an dan 1990-an, pasti pernah merasakan naik bus tingkat. Kendati hanya menjajal rute tertentu, keberadaan bus tingkat atau double decker pernah mewarnai pemandangan jalanan di Ibu Kota.

Bus tingkat hadir di Indonesia pertama kali tahun 1968 yang dibuat Leyland, pabrikan bus dan truk dari Inggris. Jenis bus tingkat pertama di Indonesia adalah Leyland Titan dengan kode PD3-11.

Leyland Titan hadir dengan bahan fiberglass dan kaca lengkung untuk memperluas pandangan pengemudi dengan mesin berada di bagian depan bus. Postur bus ini sepanjang 9 meter, lebar 2,5 meter, serta bobot yang terbilang berat, yakni 14 ton.

Awalnya bus tingkat ini melayani trayek Blok M-Salemba-Pasar Senen pada periode 1968-1982 yang dioperasikan Perusahaan Pengangkutan Djakarta atau PPD.

Bus tingkat Leyland generasi pertama yang beroperasi di Jakarta. (busesworldwide.org)

Tahun 1983, muncullah generasi kedua bus tingkat di Indonesia yang masih berasal dari pabrikan Lelyland. Tahun itu, pemerintah Indonesia mendapat hibah sejumlah bus tingkat Leyland yang langsung dikirim dari Inggris, yang sebagian lagi bekas dipakai Singapura.

Bus tingkat generasi kedua bernama Leyland Atlantea ini mampu menampung penumpang hingga 106 orang. Panjangnya 10,2 meter dan sudah menggunakan sistem power steering agar manuver bus lebih apik ketimbang "kakaknya", Leyland Titan.

Pada bus tingkat generasi kedua ini, pintu pada bus sudah otomatis dengan membuka dan menutup sendiri. Persebaran Leyland Atlantea tidak hanya di Ibu Kota, karena juga beroperasi di kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya dan Semarang.

Jika di Jakarta pengoperasiannya tetap dipegang PPD, di luar Jakarta, tepatnya di Semarang dan Surabaya dipegang Perum Damri (Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia).

Volvo Ailsa

bus tingkat
Bus tingkat Leyland edisi terakhir yang dioperasikan PPD untuk rute Blok M-Kota. (awansan.com)

Selain Leyland, pada dekade awal 1990-an armada bus tingkat di Jakarta juga dipasok merek asal Swedia, yakni Volvo seri B55. Bus tingkat ini punya panjang 11, 83 meter, lebih panjang dan punya kapasitas penumpang lebih banyak dibanding bus tingkat Leyland Atlantea.

Total ada 180 unit bus yang dipesan oleh Kementerian Perhubungan (dulu Departemen Perhubungan) dengan harga Rp 80 juta per unit. Bus Volvo B55 ini didatangkan secara completely knock down (CKD) dari Inggris, kemudian dirakit di Indonesia oleh PT Ismac selaku importir Volvo pada masa itu. CKD merupakan kendaraan bermotor jenis mobil dan motor yang didatangkan ke Indonesia atau diimpor dalam keadaan terpisah dengan komponen yang lengkap untuk kemudian dirakit di dalam negeri.

Bus tingkat Volvo yang masuk ke Indonesia adalah Volvo B55 Ailsa generasi ketiga berkapasitas penumpang 108 penumpang. Bus ini diproduksi oleh Volvo Inggris dan dikaroseri oleh Ailsa dengan model Alexander.

Indonesia juga mendapat satu unit bus Volvo B55s triple axle, yang panjangnya mencapai 11,8 meter dan bisa menampung 200 penumpang. Namun, dari rencana pembelian 200 unit, ternyata hanya satu yang dibeli. Bus tingkat Volvo Triple Axle ini kemudian lebih dikenal dengan nama bus jumbo.

Bus tingkat Volvo yang masih beroperasi di Jakarta pada tahun-tahun terakhir. (Damri)

Jangan bayangkan bus tingkat Leyland maupun Volvo ini senyaman bus tingkat wisata yang kini beroperasi. Bus ini tanpa penyejuk udara atau kursi yang empuk. Penumpang harus siap kepanasan atau menduduki kursi berdebu lantaran pintu kaca harus selalu terbuka agar udara bisa masuk dan tak membuat pengap.

Selain itu, bagi mereka yang buru-buru atau sedang mengejar waktu, bus ini harus dijauhi. Sebab, laju bus tingkat tak bisa secepat bus biasa. Dengan bobot serta panjang yang berlebih, tak mudah bagi bus ini untuk memacu kecepatan atau bermanuver.

Namun, di eranya bus tingkat cukup menjadi idola para penumpang. Dengan laju kecepatan yang terbatas, bus ini sering digunakan untuk bepergian oleh mereka yang berkeluarga. Apalagi, kebanyakan penumpang yang membawa anak-anak sangat suka naik di tingkat atas bus agar bebas memandang ke luar kaca.

Meski demikian, bus tingkat Leyland dan Volvo tak lama menghiasi jalanan Jakarta.

Tinggal Sejarah

bus tingkat
Bus tingkat yang dioperasikan PPD keluar dari Terminal Blok M, Jakarta Selatan. (awansan.com)

Bus tingkat terakhir di Jakarta adalah P 67 yang melayani rute Senen-Blok M dan P 70 Blok M-Kota. Dua rute itu memang yang paling legendaris dilalui bus tingkat di Jakarta. Rute yang dipilih sengaja lebih banyak jalur lurus untuk memudahkan manuver bus ukuran jumbo itu.

Selain dua rute legendaris itu, sebenarnya ada beberapa rute lain yang dilayani bus tingkat. Beberapa di antaranya adalah P 20 Blok M-Kalideres dan P 30A Harmoni-Pondok Kopi via Rawamangun dan Salemba. Adapula P 55 Pulogadung-Pasar Baru lewat Jalan Pemuda dan Jalan Pramuka.

Beberapa rute ini tidak diteruskan karena minim penumpang hingga terakhir tinggal tersisa dua rute P 67 dan P 70. Sisa bus tingkat yang ada kemudian juga meminjam nomor bus PPD P1 rute Blok M-Kota yang sebenarnya bus patas biasa.

Operasi bus legendaris P 67 dan P 70 juga akhirnya dihentikan karena kondisi armada yang sudah uzur. Selain itu, suku cadang bus ini dan perawatannya tergolong mahal.

Pada tahun-tahun terakhir itu jalanan Jakarta juga sudah mulai macet, sehingga menyulitkan manuver bus tingkat. Bus dua tingkat ini pun berjalan semakin lambat dan banyak penumpang yang sudah tidak mau menaikinya.

Bus tingkat di jalanan Ibu Kota. (Damri)

Pada masa terakhirnya, sekitar 1996 pernah terjadi kebakaran yang menghanguskan bus tingkat di sekitar Jalan Sudirman. Beberapa sisa badan bus tingkat ada pula yang dijadikan bangunan distro di kawasan Blok M.

Kini, sisa-sisa kejayaan bus tingkat hanya tinggal tersimpan di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Namun, bagi yang penasaran dengan bus tingkat, kini juga bisa menikmatinya. Bus double decker ini kembali hadir dan buatan Indonesia serta diperuntukkan bagi keperluan pariwisata. Karena itu, warga Ibu Kota yang naik bus ini tak dipungut bayaran saat mengelilingi kawasan tertentu di Jakarta.

Bagi yang ingin merasakan sensasinya, bisa menunggu di halte yang bergambar bus tingkat dan bertuliskan City Tour. Halte-halte itu dapat dijumpai di Bundaran Hotel Indonesia, Pecenongan, Museum Nasional, Pasar Baru, Masjid Istiqlal, Monumen Nasional (Monas), Balai Kota, dan Sarinah. (dari berbagai sumber)

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya