Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mempertimbangkan akan mempertemukan eks narapidana terorisme dengan keluarga atau korban secara langsung. Meski demikian, Kepala BNPT Suhadi Alius mengatakan, masih banyak dari pihak korban yang tak menerima.
"Ada yang sudah bisa menerima ada yang belum. Kia fokus ingin untuk kebaikan semuanya," ucap Suhadi di Jakarta, ditulis Kamis (8/2/2018).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, jika masih terus mendendam, itu hal yang tidak baik. Karenanya perlu dilakukan hal seperti ini.
Advertisement
"Apa kita mau cuma memendam dendam. Kan life must go on, artinya kita harus kembali realitas kita hadapi. Mau sampai kapan," jelas Suhadi.
Dia menuturkan, hal ini bisa menjadi format ke depan dalam melakukan pencegahan tindak terorisme. Soal rencana yang akan dilakukan, diharapkan akan dihadiri Menko Polhukam dan sejumlah menteri.
"Mudah-mudahan ini bisa memberikan satu format juga. Mungkin akan dihadiri Pak Menko Polhukam. Kita juga undang kementerian, lembaga, dan badan (lain). Sehingga kita melihat ada keluh kesah," tandas Suhadi.
Â
Cara Berbeda
Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto menuturkan, pemerintah ingin mencoba sesuatu yang berbeda dalam deradikalisasi. Dia menilai upaya pencegahan ini sangat baik dan manusiawi.
"Cara soft approach, dengan cara-cara yang sangat manusiawi. Di mana kita mencoba melakukan deradikalisasi para pelaku terorisme dan juga kita melakukan suatu langkah-langkah untuk mencegah berkembangnya terorisme," Wiranto menjelaskan.
Wakapolri Komjen Syafrudin mengatakan, sekitar ada 150 orang yang akan kena program pertama ini. Mereka akan dipertemukan langsung dengan korbannya.
"Yang sudah cool down tentunya, yang sudah selesai semuanya, yang sudah dibina oleh BNPT dan Densus dan semua pihak membina. Karena ini keterlibatan semua pihak itu akan direkonsiliasi, akan dipertemukan lah mereka sudah siap," jelas Syafrudin.
Dia pun menuturkan, untuk formula rekonsiliasinya sudah disiapkan. Sehingga tinggal dibicarakan lebih lanjut. "Ada formula yang akan dibicarakan selanjutnya nanti," tutur Syafrudin.
Advertisement