Liputan6.com, Jakarta: Banyak kalangan bahkan suatu negara yang mengidentikan teroris itu dengan suatu agama tertentu. Untuk menyikapi hal ini, pemerintah Amerika Serikat telah memberikan pengertian yang sebenernya kepada warga masyarakatnya.
"Serangan 11 September membuat banyak orang AS takut. Yang tak tahu Islam, bingung bereaksi terhadap Islam. Banyak orang AS yang harus membedakan Islam dari teroris, kita mendidik mereka bahwa teroris bukan agama. Teroris bisa dilakukan oleh orang dari berbagai agama," ujar Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel dalam kuliah umum di pasca sarjana Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa (19/4).
Namun dirinya pun tidak memungkiri adanya orang-orang Amerika yang memandang teroris itu adalah Islam. "Anda harus ingat ada orang-orang yang seperti itu, tapi tidak mewakili Amerika," terangnya.
Selain itu, menurut Scot, warga Amerika setidaknya tidak terlalu mendiskriminasikan Islam, buktinya pembangunan Masjid di Amerika dipersilahkan. "Kita tidak tahu berapa banyak orang Islam di AS, tapi sekitar empat atau lima juta, (dan) seribu atau dua ribu mesjid di AS," tambahnya.(JUM)
"Serangan 11 September membuat banyak orang AS takut. Yang tak tahu Islam, bingung bereaksi terhadap Islam. Banyak orang AS yang harus membedakan Islam dari teroris, kita mendidik mereka bahwa teroris bukan agama. Teroris bisa dilakukan oleh orang dari berbagai agama," ujar Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel dalam kuliah umum di pasca sarjana Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa (19/4).
Namun dirinya pun tidak memungkiri adanya orang-orang Amerika yang memandang teroris itu adalah Islam. "Anda harus ingat ada orang-orang yang seperti itu, tapi tidak mewakili Amerika," terangnya.
Selain itu, menurut Scot, warga Amerika setidaknya tidak terlalu mendiskriminasikan Islam, buktinya pembangunan Masjid di Amerika dipersilahkan. "Kita tidak tahu berapa banyak orang Islam di AS, tapi sekitar empat atau lima juta, (dan) seribu atau dua ribu mesjid di AS," tambahnya.(JUM)