Ledakan Bom Thamrin Rampas Sebagian Pendengaran John Hasen

John Hasen, seorang karyawan swasta yang turut menjadi korban bom Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016 lalu.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 27 Feb 2018, 14:51 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2018, 14:51 WIB
20160114-Ini Foto Pelaku Teror Sarinah?-Jakarta
Salah satu pelaku penembakan di persimpangan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, tertangkap kamera, Kamis (14/1). Pelaku mengeluarkan senjata di tengah kepanikan warga pasca ledakan bom. (REUTERS/Veri Sanovri/Xinhua)

Liputan6.com, Jakarta - John Hasen, seorang karyawan swasta yang turut menjadi korban bom Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016. Pendengaran sebelah kirinya mengalami gangguan akibat peristiwa yang menyebabkan 8 orang meninggal, termasuk pelaku.

John tidak pernah membayangkan, seminar IT yang diikuti hari itu di sebuah coffee shop kawasan Thamrin akan berakhir tragis. Sebuah bom meledak setelah dia menikmati santap siang. Dia mengaku mendengar dua kali ledakan.

"Ledakan pertama terdengar, suasa gelap dan debu bertebaran. Tak lama setelah itu muncul lagi ledakan kedua yang lebih dahsyat," ujar John Hasen ketika bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/2/2018).

Dia lalu menjelaskan secara detail sumber ledakan bom Thamrin. Ledakan pertama berasal dari bawah meja dekat area pengambil makanan. Ledakan kedua di meja kasir. Posisi keduanya sangat dekat, sekitar 1 meter.

Mendengar bunyi itu seluruh pengunjung perlahan berhamburan keluar gedung. Saat itu, ia melihat sejumlah warga menjadi korban. Seingatnya totalnya mencapai 10 orang.

"Saya lihat orang berdarah-darah. Ada yang digendong dan ada satu orang warga negara asing terkapar," ujar dia.

Hari itu, pendengarannya menjadi buruk. Ia tak bisa mendengar secara jelas. Rekan kerjanya pun membopongnya ke Rumah Sakit MMC.

"Di TKP tidak bisa dengar, semua suara kecil," ujar dia.

Sesampainya di rumah sakit, dokter melakukan penanganan medis. Salah satunya diberi obat penenang. Kala itu, dokter mendiagnosis telinga sebelah kirinya mengalami infeksi.

Bom Thamrinini meninggalkan luka mendalam baginya hingga hari ini. Baik itu psikis maupun fisik. Dia menyebutkan, yang paling terasa adalah telinga sebelah kiri. "Sekarang masih jalani pengobatan di Mayapada dua minggu sekali. Telinga jika kena udara terasa gatal. Kemudian kalau digaruk sangat bahaya," ungkap John Hasen.

 

Sahabat Thamrin

Sidang teroris Oman
Sidang teroris bom Thamrin, Oman Rochman, di PN Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Ia menjelaskan, ada sejumlah korban lain yang bernasib serupa dengannya. Semua terkumpul dalam sebuah kelompok yang bernama Sahabat Thamrin.

Dia berharap korban bom Thamrin mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Kumpulan sakit macam-macam dari efek ledakan. Kondisinya prihatin banget. Bisa dibilang perlu pengobatan seumur hidup," tukas John Hasen.

Terdakwa Oman Rochman alias Aman Abdurrahman yang diduga otak dari peledakan bom Thamrin kembali menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 27 Februari 2018.

Jaksa Penuntut Umum (JPU), Mayasari menjelaskan ada tiga orang yang dihadirkan sebagai saksi pada hari ini. Mereka adalah Doddy Mariadi, Suhadi, dan John Hasen.

"Mereka adalah para korban. Dua orang berprofesi sebagai anggota polisi," ujar Mayasari, Selasa (27/2/2018).

Menurut dia, masih banyak lagi saksi yang akan dihadapkan di depan ketua majelis hakim. Totalnya 36 saksi. Antara lain, korban, masyarakat, dan para pelaku yang disebut sebagai saksi mahkota.

"Sekarang ini baru korban. Nanti ada juga yang bisa menjawab bahwa terdakwa inisiator," dia menambahkan.

Atas perbuatannya, Oman dijerat Pasal 14 Jo Pasal 6 Perppu Nomor 1 Tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

"Pasal 14 orang yang punya pengaruh besar melakukan kegiatan di lapangan. Inisiator pengeboman," tukas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya