Penyakit Leptospirosis Renggut Korban Jiwa, Ini Penjelasan Dinkes Boyolali

Pada 2017 lalu sedikitnya ada 35 kasus dengan korban meninggal dunia sembilan orang.

oleh Sunariyah diperbarui 28 Feb 2018, 06:56 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 06:56 WIB

Liputan6.com, Boyolali - Kesedihan masih menyelimuti Jaminah dan keluarganya di Dukuh Tompen, Bangak, Banyudono, Boyolali. Baru tiga hari, sang suami tercinta Narto Mulyono meninggal dunia diduga akibat terserang leptospirosis atau penyakit akibat kencing tikus.

Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV, Rabu (28/2/2018), Narto meninggal dunia Sabtu lalu setelah dirawat di rumah sakit dengan gejala panas dan dingin di seluruh tubuhnya.

"Penyakit kena virus tikus itu. Yang diserang ginjal sama paru-paru. Itu sudah menyebar ke seluruh tubuh," ungkap Jaminah.

Wabah penyakit Leptospirosis di Boyolali memang terus meningkat. Pada 2017 lalu, sedikitnya ada 35 kasus dengan korban meninggal dunia sembilan orang. Sedangkan sejak awal 2018 sudah ada delapan pasien yang dirawat, empat di antaranya meninggal dunia.

"Memang PR bagi kami di dinas kesehatan walaupun di 2017 sudah kita upayakan untuk melakukan sosialisasi ulang kepada seluruh faskes di rujukan maupun di pelayanan primer terkait dengan hal ini. Kita juga sudah sosialisasikan menyediakan reagen yang diperlukan untuk diagonis Lepto," terang Kadis Kesehatan Boyolali, Ratni S Lina.

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri yang disebarkan lewat air kencing tikus. Penderita yang tidak segera ditangani bisa mengakibatkan kematian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya