Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Heru Winarko menyampaikan, memberantas peredaran narkoba di Indonesia memerlukan ekstra kerja keras. Sindikat jaringan narkoba baik nasional maupun internasional yang sistematis menyebarkan narkoba terus mencari kelengahan petugas hingga bisa berhasil memberikan pukulan telak alias meloloskan barang haram.
"Kita urusan narkoba ini seperti dipukuli. Double cover terus kita bertahan," tutur Heru dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertemakan "Pemerintah Serius Tangani Narkoba" di Jakarta Pusat, Selasa (20/3/2018).
Baca Juga
Menurut Heru, upaya BNN bersinergi dengan berbagai negara penyuplai prekusor atau bahan pembuat narkoba sudah dilakukan. Termasuk ke negara yang terkenal memasok narkoba ke Indonesia.
Advertisement
"Saya ikut konferensi di Wina soal narkoba, bertemu 12 negara yang di antaranya memproduksi prekusor atau bahan pembuat narkoba. Saya ajak, sampaikan bahwa warga negara Indonesia ada banyak di berbagai negara dan sebaliknya. Kalau narkoba tidak kita antisipasi, bukan hanya warga Indonesia yang terdampak, tapi juga warga mereka," jelas dia.
Bangun Sistem Pencegahan
Selain itu, Heru mengaku sudah bertemu juga dengan beberapa pihak pengelola lapas terkait maraknya peredaran bahkan pengendalian narkoba dari balik jeruji besi. Evaluasi pun dilakukan untuk membangun sistem pencegahan perihal tersebut.
"Seperti adanya narkoba di lapas, kemarin saya bertemu orang lapas, bagaimana membangun sistem di sana. Mungkin anggota dewan bisa memperjuangkan juga di sana. Saya ingin bukan hanya ada pembinaan di lapas, tapi juga rehabilitasi. Karena tidak semua pengguna mau direhabilitasi," kata Heru.
Kemudian usaha BNN lainnya bersama dengan Bea Cukai, sinergitas dilakukan untuk terus siaga baik dalam pencegahan dan percepatan informasi di sejumlah wilayah khususnya perbatasan. Lalu lintas barang keluar dan masuk antar negara diawasi, bahkan menggunakan radar berteknologi canggih.
"Termasuk sistem masuknya prekusor ke Indonesia dengan Bea Cukai. Bagaimana sistemnya, berapa butuhnya sih Indonesia dengan masuknya prekusor itu," Heru menandaskan.
Advertisement