Alasan Indonesia Jadi Pasar Besar Peredaran Narkoba

BNN mengungkapkan harga narkoba di Indonesia melonjak mahal dibandingkan negara lain.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 21 Mar 2018, 00:15 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2018, 00:15 WIB
Wujud Sabu 1,6 Ton yang Diselundupkan Lewat Perairan Batam
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Eko Daniyanto memberikan keterangan pers terkait penyelundupan sabu seberat 1,6 ton di Jakarta Timur, Selasa (27/2). Sabu tersebut ditaksir senilai Rp 3,5 triliun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menyatakan Indonesia darurat narkoba. Berbagai sindikat narkoba di negara tetangga dan bahkan dari benua lain menjadikan Tanah Air sebagai pangsa pasar besar peredaran narkotika.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Heru Winarko menyampaikan, harga narkoba di Indonesia melonjak mahal dibandingkan negara lain. Sudah barang tentu banyak jaringan barang haram itu mengincar pendapatan berlebih.

"Banyak narkoba masuk ke Indonesia karena harganya. Di Cina 1 gram Rp 25 ribu, di Iran 1 gram Rp 50 ribu, di Indonesia Rp 1,5 juta," tutur Heru dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertemakan 'Pemerintah Serius Tangani Narkoba' di Jakarta Pusat, Selasa (20/3/2018).

Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menambahkan, selain soal harga, faktor lain yang menjadikan bandar dan pengedar narkoba memilih Indonesia sebagai market besar lantaran tindakan tegas di negara tetangga terhadap mereka. Sebab itu, sindikat narkotika kemudian mencari alternatif dan memilih Indonesia.

"Harganya di Indonesia sudah luar biasa menggiurkan. Sehingga resiko yang tinggi pun akan mereka terjang. Apalagi dua tahun terakhir ini Filipina melakukan tindakan yang keras juga, akhirnya marketnya ke negara kita," jelas Heru Pambudi.

Untuk itu, tindak pencegahan masuknya narkoba dari berbagai titik masuk yang dianggap rawan sudah dilakukan. Seperti di pintu masuk Batam, Bali, Bandara Soekarno Hatta, Bandara Juanda, Bandung, dan Entikong.

"Jalur masuk itu lewat udara 52 persen, laut 34 persen, pos 12 persen, dan darat 2 persen. Lewat pengiriman pos kini banyak menjadi pilihan karena kita banyak menjaga udara dan laut," kata dia.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Radar di Laut

Wujud Sabu 1,6 Ton yang Diselundupkan Lewat Perairan Batam
Wujud sabu seberat 1,6 ton ton yang berhasil diungkap polsi dan Bea Cukai di Dit Tipid Narkoba Bareskrim, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (27/2). Sebanyak 1,6 ton tabu tersebut terbagi dalam 81 karung. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Untuk di laut, radar canggih juga sudah digunakan untuk melihat aktivitas kapal yang mencurigakan di tengah laut.

"Negara kita dilengkapi Radar CSS yang kita pakai untuk melihat pergerakan. Radar itu dipakai bersama karena ini milik bangsa kita. Berapa kilometer bisa kita detect," Heru Pambudi menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya