Liputan6.com, Jakarta - Hangatnya matahari dan bau busuk dari tumpukan sampah yang menggunung tak membuat pasukan oranye letih. Justru sebaliknya. Matahari membakar semangat mereka untuk membersihkan sampah di Teluk Jakarta.
Saat beristirahat, salah satu pasukan oranye berbagi cerita. Rosadi namanya. Dia berbagi kisah kerja kerasnya dan teman-temannya membersihkan Jakarta. Keselamatan dan kesehatan diri terkadang tak lagi diperhatikan. Tanpa menggunakan sarung tangan dan sepatu karet, mereka memungut sampah yang menggunung di teluk Jakarta.
"Dari Sabtu kemarin ya seperti ini kerjaannya. Sampah diangkut kapal, trus diangkut lagi pakai truk sampah. Diambil sampahnya ya pakai tangan saja (tak menggunakan sarung tangan)," ujar Rosadi saat ditemui di Blok Empang, Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (20/3).
Advertisement
Rosadi tak memandang beda pekerjaan yang dilakoninya saat ini yakni membersihkan teluk Jakarta dengan pekerjaannya sehari-hari mengangkut sampah di jalanan ibu kota. Hanya saja kali ini jumlah pasukan oranye yang dikerahkan cukup banyak.
"Enggak ada beda tugas. Sehari-hari juga keliling ngambilin sampah yang di pesisir. Bedanya ini kan ramai-ramai, dari PPSU juga dari mana-mana," ungkapnya.
Pria berusia 46 tahun ini mengungkapkan, jumlah sampah yang diangkut sekarang tentu jumlahnya jauh berbeda dengan yang dikerjakan sehari-hari.
"Kalau di sini sampahnya sudah lumayan dalam, bisa sampai kedalaman 1,5 meter," ungkapnya.
Â
Bangga dengan Profesi
Mengemudikan kapal sekaligus menjadi bagian dari PPSU telah dilakoni pria asal Pandeglang ini selama kurang lebih 4 tahun. Sebelum menjadi PPSU, dia bekerja sebagai pengemudi kapal di sekitar pesisir Jakarta.
"Sudah masuk 4 tahun kerja di sini (PPSU), dulu jadi pengemudi kapal di sekitaran pesisir Jakarta sampe pulau seribu," tuturnya.
Rumahnya yang juga berada di Muara Angke, memudahkannya untuk pergi bekerja sehari-hari. Soal penghasilan sebagai petugas kebersihan, diakuinya selama ini tidak kekurangan dan bisa mencukupi kebutuhan. Dari 6 anak yang dimilikinya, 5 anak sudah bekerja. Sehingga dia hanya perlu membiayai satu anaknya lagi yang masih magang serta sang istri.
"Rumah sekitaran sini juga, deket. Penghasilan ya alhamdulillah buat kebutuhan sehari-hari," ucapnya.
Tak ada perasaan rendah diri. Rosadi justru bangga dengan pekerjaan yang dilakoninya. Sebab, dia merasa ikut berkontribusi nyata dalam membersihkan Jakarta. Tentunya dia berharap ke depannya masyarakat dapat lebih bertanggung jawab dalam membuang sampah.
Advertisement