Kemnaker Terus Tingkatkan Kemampuan SDM Pertanian

Pemerintah Tingkatkan Kemampuan SDM Mengelola Hasil Pertanian

oleh Cahyu diperbarui 04 Apr 2018, 18:24 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 18:24 WIB
Muchammad Zuhri
Pemerintah Tingkatkan Kemampuan SDM Mengelola Hasil Perhatian

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyatakan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan kemampuan SDM pertanian agar mampu mengelola hasil-hasil pertanian secara lebih produktif. Hal ini dilakukan bertujuan untuk seiring dengan memperbaiki kebijakan pertanian.

Walaupun Indonesia dikenal sebagai masyarakat agraris dan negara penghasil produk-produk pertanian berlimpah, tetapi Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah itu belum dikelola secara baik. Hal ini disampaikan Direktur Bina Produktivitas Kemnaker, Muhammad Zuhri, mewakili Direktur Jenderal Binalattas Kemnaker, Bambang Satrio Lelono dalam sambutannya di acara International Conference on Cold Chain and Logistics Management for Agri-food Products in Indonesia 4-5 April 2018, di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah narasumber, yaitu Mitoyuki Hazu, Profesor Navam, dan Profesor Takayuki Mori dari Sekretariat.

"The UN Food and Agriculture Organization memprediksi 1/3 dari hasil pertanian atau sekitar 1,3 miliar ton terbuang percuma akibat salah penanganan pasca panen. Secara ekonomi ini mengakibatkan kerugian cukup parah," ujar Zuhri.

Menurutnya, tingkat pendapatan petani berkurang karena beberapa produk pertanian yang rusak tidak bisa dijual. Jumlah produksi pertanian yang sampai ke konsumen pun juga berkurang.

"Belum lagi hal-hal penyebab kerusakan yang signifikan bagi lingkungan dan SDA," ucap Zuhri.

Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas Direktorat Bina Produktivitas Kemnaker dengan Badan Pusat Statistik (BPS), terungkap tingkat produktivitas kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan (kategori A) sudah cukup membaik.

Produktivitas sektoral Indonesia pada 2016 mengalami peningkatan di sembilan kategori lapangan usaha. Salah satunya, kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh positif, sekitar 3,19 persen pada 2015 dan 2016.

"Peningkatan produktivitas kategori lapangan usaha ini merupakan dampak positif dari perbaikan regulasi dan kebijakan pemerintah di sektor pertanian, perbaikan infrastruktur sektor pertanian, penyimpanan, cooling, dan marketing hasil-hasil pertanian, " katà Zuhri.

Perbaikan-perbaikan tersebut, lanjutnya, perlu terus dilakukan, baik dalam hal perbaikan peningkatan kualitas SDM Pertanian, pemanfaatan teknologi, maupin manajemen pengelolaan hasil pertanian.

"Termasuk inovasi terus-menerus untuk diterapkan di dunia pertanian," ujar Zuhri.

Ia menambahkan, inovasi merupakan salah satu faktor paling penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Keseluruhan faktor utama yang dianggap mempengaruhi peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa harus digerakkan oleh semua pihak dan harus dipercepat upaya peningkatannya agar tidak tertinggal jauh dengan tingkat produktivitas dan daya saing bangsa lain, terutama di era industri saat ini.

"Terus-menerus memperbaiki, berinovasi menjadi lebih baik dari sebelumnya, itulah hakikat produktivitas, " ucap Zuhri.

Rektor Universitas Trilogi, Aam Bastaman, menilai efektivitas dan efisiensi perlu ditingkatkan karena sangat berpengaruh pada harga produk pertanian yang juga menjadi mahal. Akibatnya, harga-harga produk pertanian tersebut menjadi tidak kompetitif.

Menurutnya, selain infrastruktur masih proses berkembang, manajemen logistik, dan komponen lainnya juga mempengaruhi harga logistik, sehingga perlu diperbaiki.

"Cold chain dan supply chain produk pertanian logistik manajemen sudah mulai ada perbaikan, meskipun masih diperlukan infrastruktur pendukung lainnya," kata Aam.

Dia mengatakan, jika melihat besarnya gap antara kebutuhan dan daya tampung cold storage, jelas menunjukkan Indonesia bisa menjadi pusat industri cold chain ini. Karena itu, Universitas Trilogi memandang perlunya tindakan lebih serius untuk menggarap agar harapan masyarakat terciptanya proses "from farm to table" itu terpenuhi.

"Apakah dari sisi kesegaran produknya, maupun keamanan pangannya. Pemenuhan itu bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat secara global, " ujar Aam.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya