Penyerangan Novel Baswedan Tak Kunjung Terungkap, Ini Kata Eks Ketua KPK

Busyro menyayangkan soal Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel Baswedan tak ditindaklanjuti Presiden Jokowi.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Apr 2018, 20:27 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 20:27 WIB
Setahun Peristawa Penyiraman, Novel Baswedan Datangi KPK
Penyidik KPK Novel Baswedan usai menggunjungi gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4). Novel Baswedan selesai menjalani perawatan di rumah sakit Singapura yang kedua hingga kini kasus penyiraman air keras genap satu tahun. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqqodas menyesalkan kasus penyerangan Novel Baswedan yang tak kunjung tuntas. Belum terungkapnya penyerangan dinilainya tidak ada kesungguhan pemerintah.

"Ya itu sebenarnya memalukan bangsa, memalukan negara, karena kasus yang sesederhana itu kemudian sudah satu tahun, tidak ada indikasi kesungguhan dari pemerintah. Tidak hanya Polri, tapi pemerintah. Memang khususnya Polri," kata Busyro di kantor PP Muhammadiyah, Menteng Raya, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/4).

Dia juga menyayangkan soal Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel Baswedan yang tidak ditindaklanjuti Presiden Jokowi. Padahal, pembentukan TGPF adalah kemauan masyarakat yang peduli, supaya kasus yang sudah setahun ini menemukan titik terang.

"Berbagai upaya dari kekuatan masyarakat yang concern tentang penegakan hukum dalam kasus percobaan pembunuhan terhadap Novel ini kan sudah mendesak. Termasuk kami di hari pertama itu sudah mendesak kepada presiden untuk bentuk TGPF. Sampai sekarang enggak ada respons. Inilah yang saya katakan, selevel Presiden enggak ada respons. Menunda-nunda sampai satu tahun," tutur Busyro.

Karena itu, dia pun mendorong tim bentukan Komnas HAM mengenai kasus Novel Baswedan bisa menemukan fakta yang objektif.

Busyro juga menyesalkan sikap Presiden yang meminta Polri segera menyelesaikan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan yang sudah setahun tak kunjung tuntas. Menurut dia, Presiden semestinya belajar dari pengalaman kasus kasus sebelumnya. Contohnya kasus Munir yang masih menyisakan misteri.

Dia khawatir, sikap pemerintah seperti ini dapat dimanfaatkan pelaku kejahatan lainnya. Misalnya para penjahat yang tak takut meneror orang-orang yang ingin memberantas korupsi karena penegak hukum dinilai lembek.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sosok Jenderal

Setahun Peristawa Penyiraman, Novel Baswedan Datangi KPK
Penyidik KPK Novel Baswedan didampinggi Wakil Pimpinan KPK Saut Situmorang berjalan keluar gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4). Kasus penyiraman air keras Novel Baswedan genap satu tahun. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan belum menemukan titik terang. Tak terkecuali soal dugaan keterlibatan jenderal di balik aksi penyerangan tersebut yang masih menjadi teka-teki.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya masih belum tahu siapa sosok jenderal yang disebut-sebut berada di balik penyerangan Novel.

"Dari mana kita (tahu), wong orangnya enggak mau ngomong kok kita bisa tahu. Kita bukan dukun," ujar Setyo berkelakar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2018).

Setyo tak mempersoalkan Novel menyampaikan dugaan keterlibatan jenderal kepada Komnas HAM atau penyidik kepolisian selama memiliki bukti. Namun hingga saat ini, dia mengaku belum mengetahui siapa sosok jenderal yang dimaksud Novel Baswedan.

"Itu kan haknya dia. Kalau memang itu ya harus dipertanggungjawabkan, karena memang tidak bisa sembarangan kan nyebut orang," kata Setya.

Jenderal bintang dua itu memastikan, pihaknya tetap berusaha maksimal mengungkap kasus penyerangan tersebut. Polisi tidak hanya menunggu keterangan Novel terkait dugaan keterlibatan jenderal dalam kasus penyerangan menggunakan air keras tersebut.

"Intinya Polri masih tetap serius menangani ini. Semoga ya, mohon dukungan juga segera bisa terungkap," ucap Setyo.

 

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya