Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar pertemuan tertutup dengan Persaudaraan Alumni (PA) 212 di sebuah masjid di Bogor, Jawa Barat, Minggu, 22 April 2018.
Apa maksud dan tujuan dari Jokowi? Dia mengatakan, pertemuan tersebut dalam rangka mempererat silaturahmi dan menjaga persaudaraan.
Baca Juga
"Semangatnya adalah menjalin tali silaturahmi dengan para ulama, habib, kiai, ustaz dari seluruh provinsi yang ada di Tanah Air. Menjalin persaudaraan, ukhuwah kita dalam rangka menjaga persaudaraan, persatuan di antara kita," ujar Jokowi usai acara pelepasan ekspor perdana Mobil Mitsubishi Expander tahun 2018 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 23 April 2018.
Advertisement
Sontak beragam tanggapan datang terkait pertemuan Jokowi dan alumni 212. Salah satunya dari Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais.
Menurut mantan Ketua MPR itu, tidak ada hal negatif dari pertemuan itu. Hanya sekadar untuk menghentikan kriminalisasi ulama.
"Jadi ini beautiful meeting ya," kata Amien di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 26 April 2018.
Lalu, seperti apa beautiful meeting itu terjadi? Berikut empat fakta di balik pertemuan Jokowi dan Alumni 212 yang berhasil terkuak.
1. Dapat Restu Rizieq Shihab
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab mengomentari pertemuan Persaudaraan Alumni 212 dengan Presiden Jokowi. Dia mengaku senang pertemuan tersebut digelar.
Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), Yusuf Muhammad Martak, mengungkapkan, sebelumnya ada ketakutan bahwa Ketua FPI itu tidak akan memberikan izin. Namun, dia salah.
"Justru saya diizinkan oleh beliau. Jadi, saya agak meragukan, tapi akhirnya diizinkan sama beliau, karena bagi beliau, bagaimanapun Jokowi adalah Presiden RI yang patut kita hormati dan patut kita melakukan komunikasi dan diskusi, agar beliau juga dapat masukan yang akurat dari semua pihak," ucap Martak.
Advertisement
2. Seharusnya Rahasia
Sebelum pertemuan tertutup antara Presiden Jokowi dan Persaudaraan Alumni 212 tersebar luas, lokasi perjumpaan itu akhirnya terkuak, yakni di Masjid Istana Kepresidenan Bogor.
Ketua Tim 11 Ulama Alumni 212, Misbahul Anam, yang ikut dalam pertemuan itu menyebutkan, momen tersebut seharusnya tidak dipublikasikan.Â
Namun, entah dari mana, kemudian foto-foto pertemuan Jokowi dan para Alumni 212 menyebar bahkan sempat viral di media sosial.
Misbahul menduga ada yang ingin mengadu domba antara Presiden dan ulama serta umat Islam.
Pada foto tersebut, Jokowi tengah berada di salah satu ruangan masjid. Mantan Wali Kota Solo itu memakai kemeja lengan panjang berwarna putih, celana panjang, dan peci berwarna hitam.
Jokowi berdiri diapit pengurus Persaudaraan Alumni 212, di antaranya Al-Khaththath, Sobri Lubis, Usamah Hisyam, Slamet Maarif, dan Yusuf Marta. Para pengurus PA 212 itu terlihat berbincang dengan Jokowi.
Â
3. Salat Berjemaah
Pertemuan antara Jokowi dan Persaudaraan Alumni 212 berlangsung selama tiga jam.
Ketua Umum GNPF, Yusuf Muhammad Martak, menuturkan pertemuan dimulai pukul 12.10 WIB hingga 14.30 WIB.
Oleh karena itu, Jokowi dan perwakilan GNPF mendahuluinya dengan salat zuhur. Salat zuhur dilakukan secara berjemaah.
Usai salat, mereka mendiskusikan berbagai hal dan dilanjutkan dengan acara makan siang.
Advertisement
4. Bicarakan Kriminalisasi Ulama
Selain mempererat silaturahmi dan menjaga persaudaraan, pertemuan dengan Jokowi tak disia-siakan oleh Persaudaraan Alumni 212.
Persaudaraan Alumni 212, lewat ketuanya Misbahul Anam mengungkapkan, kasus-kasus kriminalisasi yang terjadi pada para ulama dan aktivis 212.
Mereka meminta Presiden Jokowi menghentikan kriminalisasi serta mengembalikan hak-hak para ulama dan aktivis 212 sebagai warga negara.
Lantas apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut?
Ada banyak hal yang diperbincangkan pada pertemuan antara Persaudaraan Alumni 212 dengan Presiden Jokowi untuk memberikan informasi akurat tentang fakta kriminalisasi ulama.
"Para ulama dari Tim 11 yang hadir telah menyampaikan berbagai harapan dan penjelasan terkait masalah kriminalisasi ulama dan aktivis 212, secara lugas dan apa adanya, walaupun tetap dengan cara yang santun sebagai tugas amar makruf nahi mungkar kepada Presiden, bahkan termasuk dalam kategori yang disebut dalam Hadis Nabi SAW," tutur Misbahul Anam.