Gerindra Tanyakan Kasus Novel, PDIP Ungkit Penghilangan Aktivis 1998

Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, mempertanyakan komitmen Presiden Joko Widodo dalam pemberantasan korupsi.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2018, 14:56 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2018, 14:56 WIB
Pendaftaran Bakal Caleg PDIP
Kader PDIP Adian Napitupulu, Masinton Pasaribu bersama massa PDIP terlibat saling dorong dengan petugas keamanan saat hendak masuk ke Gedung KPU, Jakarta, Selasa (17/7). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, mempertanyakan komitmen Presiden Joko Widodo dalam pemberantasan korupsi. Dia mengangkat kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan yang sudah setahun lewat, tak juga terungkap.

Andre mengampanyekan, kalau pada 2019, sang Ketua Umum Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden, Gerindra bakal mengawal agar kasus tersebut bisa dituntaskan.

"Novel Baswedan sudah 16 bulan tidak bisa diselesaikan Pak Jokowi. Kalau Pak Prabowo, tiga bulan, 100 hari tidak bisa, Kapolri-nya kita copot," ujar Andre dalam diskusi lembaga survei KedaiKopi bertajuk "Benarkah Indonesia Surga bagi Koruptor", di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (26/7/2018).

Namun, pernyataan itu langsung disanggah oleh politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu. Anggota Komisi III DPR ini mengungkit kasus pelanggaran HAM penculikan aktivis 1998 yang menyeret Prabowo ketika menjadi Danjen Kopassus.

"Yang dulu ke mana bos yang hilang dicari-cari?" balas Masinton.

Hal tersebut langsung dijawab oleh Andre. Dia malah melemparkan masalah ini ke Panglima ABRI ketika itu, Jenderal Wiranto. Dia diketahui menjadi Menko Polhukam saat ini.

"Kalau kasus penculikan dicatat nih, tanya Pak Wiranto, Panglima ABRI saat itu," jawab Andre.

Bantah Keterlibatan Prabowo

Pendaftaran Bakal Caleg PDIP
Kader PDIP Masinton Pasaribu saling dorong dengan petugas saat hendak masuk ke Gedung KPU, Jakarta, Selasa (17/7). Elite serta massa PDIP terlibat kericuhan saat hendak mengantarkan pengurus DPP mendaftarkan bakal caleg. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Andre menampik keterlibatan Prabowo yang juga diangkat kembali dengan keluarnya dokumen berisi telegram laporan staff Kedutaan Besar AS Agustus 1997- Mei 1999. Dalam dokumen yang dirilis Arsip Keamanan Nasional AS (NSA), terungkap percakapan Prabowo dengan Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth.

Dia menjelaskan, tak mungkin penculikan itu dilakukan Prabowo. Sebab, beberapa aktivitas justru bergabung dalam Gerindra yang dibangun Prabowo.

"Memang Tim Mawar ambil sembilan orang diamankan, mereka hidup, bahkan tiga orang masuk Gerindra, dua orang anggota DPR RI temennya Masinton, satu orang Pak Haryanto Taslam, anaknya dua periode di Gerindra," kata Andre.

"Kalau yang lenyap yang hilang yang enggak pulang, ini sikap resmi Partai Gerindra. Silakan tanya Panglima TNI Jenderal Wiranto yang sekarang jadi Menko Polhukam," imbuhnya.

Andre menuding isu ini sengaja kembali diangkat menjelang pemilu untuk menyerang Prabowo yang maju sebagai calon presiden.

"Ini kaset rusak yang diulang-ulang dimanfaatkan untuk pemilu mendeskreditkan Pak Prabowo," ucapnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya