Liputan6.com, Jakarta - Perjuangan para atlet Indonesia di Asian Games 2018 patut diacungi jempol. Mereka mampu meraih medali emas melampaui target. Seluruh medali, baik emas, perak dan perunggu diraih dari berbagai cabang olahraga.
Perjuangan para atlet Asian Games untuk sukses tidak mudah. Ada perjuangan panjang yang sulit dan sedih di masa lalu hingga bisa sukses seperti sekarang.
Advertisement
Berikut kisah-kisah para atlet Indonesia dan kini mereka berhasil menyumbang emas di Asian Games:
Advertisement
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
1. Jadi Pelipat Parasut
Sebelum menjadi atlet paralayang, Jafro Megawanto pernah menjadi pelipat parasut para atlet. Dari situlah Jafro bertekad menjadi pilot paralayang. Kesempatan itu datang ketika ia akhirnya ikut berlatih di sekolah paralayang, lalu menjadi atlet.
"Hari ini, Jafro Megawanto bahkan meraih lebih dari sekadar mimpi menjadi atlet paralayang. Di venue paralayang di kawasan Gunung Mas Puncak tadi, Jafro meraih medali emas Asian Games 2018 dalam nomor ketepatan mendarat perorangan."
"Selamat Jafro Megawanto untuk emas ketujuh bagi Indonesia!" kata Jokowi dalam akun Instagramnya.
Advertisement
2. Penggembala Kambing
Eko Yuli Irawan menjadi andalan tim Indonesia untuk meraih emas di Asian Games 2018. Berawal dari menggembala kambing, Eko menjadi lifter kelas dunia dan berprestasi hingga ajang Olimpiade.
Tak hanya itu saja, Eko berhasil menyumbang emas pertama di cabang olahraga angkat besi di Asian Games 2018. Dia menyumbang medali emas untuk Indonesia dengan melakukan angkatan total 311 kg (snatch 141 kg dan clean and jerk 170 kg).
3. Mengais Sampah
Si kembar, Lena dan Leni, merupakan dua atlet andalan Indonesia di cabang olahraga sepak takraw pada ajang Asian Games 2018. Lena dan Leni sempat mengalami kendala ekonomi. Ketika sudah lulus dan akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas, Lena dan Leni dihadapkan pada permasalahan yang sama: biaya pendidikan.
Di sinilah pertama kalinya sepak takraw mengubah jalan hidup si kembar. Meskipun ikut sepak takraw karena "terpaksa".
"Pengin sekolah sampai SMA jadi ikut sepak takraw, soalnya di SMA itu atlet-atlet takraw digratiskan sekolahnya, jadi kami pun ikut. Kebetulan pelatih juga tahu kami ada bakat, jadi alhamdulillah bisa sampai sekarang," kata Lena.
Namun, yang digratiskan hanya iuran. Peralatan untuk sekolah dan latihan, para siswa harus punya masing-masing. Lena dan Leni tak kehabisan akal. Beruntung mereka bertetangga dengan pemilik pengepul barang bekas. Jika ada barang bekas yang tidak dapat diolah, biasanya si tetangga membuang barang-barang tersebut di dekat tanggul sungai.
Di sini, Lena dan Leni rela mengais sampah demi mendapat sepatu bekas yang menurut standar mereka masih layak digunakan. Mau tidak mau, suka tidak suka, Lena-Leni harus mempelajari olahraga sepak takraw.
Advertisement
4. Demi Orangtua
Aji berhasil menyumbangkan medali emas untuk Indonesia dari nomor tarung putra kelas I 85-90 kg Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, Senin (27/8/2018).
Aji Bangkit Pamungkas menang telak 5-0 atas pesilat Singapura, Sheik Ferdous Sheik Alauddin. Setiap jutor memberikan nilai kemenangan bagi Aji, 14-8, 13-9, 17-8, 11-8, dan 20-10.
Berbarengan dengan kesuksesannya meraih kemenangan, Aji mengingat orang tuanya dan ingin memberikan kebahagiaan untuk sosok yang telah membesarkannya itu.
"Lawan dari Singapura sangat kuat, saya merasa kesulitan di awal. Namun, saya terus mengikuti instruksi pelatih. Medali ini untuk masyarakat Indonesia, untuk pencak silat Indonesia, dan masyarakat Lombok agar ada senyuman untuk mereka," ujar Aji.
"Kemenangan ini, medali ini, bonus untuk orang tua. Saya ingin memberangkatkan orang tua saya untuk pergi haji dan memberikan rumah untuk orang tua saya," lanjutnya.
Reporter : Fellyanda Suci Agiesta
Sumber: Merdeka.com
Â