Korban Meninggal Akibat Gempa Palu dan Donggala Jadi 1.374

Menurut Kepala BNPB, masih ada jenazah korban gempa yang tertimbun di bawah tumpukan bangunan dan longsor.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Okt 2018, 06:36 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 06:36 WIB
Tsunami di Kota Palu
Warga mencari barang-barang yang tertimbun puing rumah mereka yang roboh akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). Dampak dari bencana itu menyebabkan sejumlah bangunan hancur dan ratusan jiwa meninggal dunia. (AFP/MUHAMMAD RIFKI)

Liputan6.com, Palu - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah korban yang meninggal dunia pascagempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Hingga Selasa petang 2 Oktober 2018, mencapai 1.374 jiwa.

"Ada 113 jiwa dihilang," kata Kepala BNPB Willem R dalam jumpa pers di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang seperti dilansir Antara.

Menurut Willem, masih ada jenazah korban gempa yang tertimbun di bawah tumpukan bangunan dan longsor yang belum diketahui berapa jumlahnya.

Ia mengatakan, saat ini yang menjadi prioritas adalah upaya pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi korban gempa dan tsunami, dengan mengerahkan semua sumber daya manusia (SDM), mulai dari Basarnas, TNI, Polri, Kementerian hingga relawan.

Untuk penanganan jenazah kata Willem, sebanyak 483 jiwa yang sudah dimakamkan. Sementara yang dimakamkan pada 2 Oktober sebanyak 257 jiwa, di Kelurahan Pantoloan 35 jiwa dan dimakamkan keluarga sebanyak 191 jiwa.

 

 

Mencari Anggota Keluarga

Parahnya Kerusakan Akibat Gempa di Jepang
Petugas mencari korban yang selamat dari sebuah bangunan yang roboh akibat tanah longsor yang disebabkan oleh gempa di Kota Atsuma, Hokkaido, Jepang, Kamis (6/9). Akibat tanah longsor tersebut dua orang tewas dan puluhan hilang. (Kyodo News via AP)

Sejumlah warga pesisir pantai di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaili, Kota Palu, mengaku masih mencari sejumlah anggota keluarga yang hilang terseret air laut saat gempa dan tsunami, bermagnitudo 7,4 pada skala Ritcher, Jumat 28 September 2018 lalu,

"Sampai sekarang masih ada satu orang anak saya yang belum ditemukan," kata Nurjannah.

Nurjannah menuturkan, saat itu, dia dan keluarga sedang berada di rumah dan tiba-tiba gempa terjadi. Kala itu, di halaman rumah tanah sudah mulai retak dan mengeluarkan lumpur dan gas.

Mereka pun berupaya menyelamatkan diri, namun beberapa anggota kelurga yang masih tertinggal, tiba-tiba tersampu ombak yang begitu besar.

"Suami dan dua anak laki-laki saya meninggal dunia, namun satu orang belum ditemukan hingga sekarang," tutur Nurjannah.

Dia berharap, adanya bantuan pemerintah, karena saat ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi, dari rumah hingga suami sebagai tulang punggung untuk mencari nafkah.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya