Timses Prabowo: Selisih Suara dengan Jokowi-Ma'ruf Tidak Sampai 11 Persen

Hashim menduga, hasil survei yang memenangkan Jokowi-Ma'ruf dengan selisih suara diatas 20 persen merupakan survei pesanan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2018, 01:02 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2018, 01:02 WIB
Gaya Pidato Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi Usai Dapat Nomor Urut
Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) memberikan pidato usai mengambil nomor urut peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan nomor urut 02. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo menyebut survei internal atas elektabilitas Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Maruf hanya berselisih tipis, 6-11 persen.

Hashim menampik beberapa hasil lembaga survei yang menempatkan Jokowi-Maruf unggul dengan selisih suara 20 persen.

Dalam konferensi pers di posko pemenangan Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Hashim mengatakan survei tersebut dilakukan di seluruh Indonesia dan melibatkan 2000 partisipan.

"Survei internal selisihnya 6 sampai 11 persen, (melibatkan partisipan) 2000 orang. Kalau yang itu, survei yang bilang Jokowi unggul 20 persen itu saya enggak percaya. Udah lah pesan sponsor itu," kata Hashim, Jumat (19/10/2018).

Secara terpisah, Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno mengklaim surveinya bersama Prabowo Subianto sudah ada peningkatan. Dia menyebut kerja kerasnya selama dua bulan ini menunjukkan hasil yang positif.

"Tentunya kita harus kerja lebih kuat lagi. Pengalaman di Pilkada DKI 2017, seluruh survei tidak ada yang menyatakan hasilnya seperti itu (memenangkan Anies-Sandi), tapi survei internal kami terbukti ada yang paling akurat," katanya di Rumah Djoeang, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Oktober 2018.

 

Objek Survei Capai Jutaan

Dia menjelaskan bukti akurat survei yang dilakukan timnya disebabkan masyarakat yang menjadi objek survei mencapai jutaan. Bukan hanya menarik sampel yang mewakili semua orang. 

"Kita memakai data internal, data tersebut sedikit sekali melesetnya, dan kita harus lebih kerja keras lagi bekerjanya 177 hari, fokusnya di ekonomi, lapangan pekerjaan, biaya hidup dan kita hadir memberi solusi tidak memecah belah bangsa," tutur mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya