Liputan6.com, Jakarta Ketahanan pangan dan energi untuk masa depan menjadi prioritas pemerintah Indonesia saat ini. Hal itu tercantum dalam program Nawa Cita Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang menargetkan pembangunan 65 bendungan yang terdiri dari 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru.
Dalam program tersebut, pemerintah ingin mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan bendungan baru serta optimalisasi jaringan irigasi, menjadi solusi utama dalam program tersebut.
Salah satu bendung yang mampu memberikan pasokan air irigasi ialah Bendung Manganti. Bendung itu memberikan kebutuhan air di daerah irigasi (DI) Lakbok bagian selatan, Jawa Barat, Sidareja dan Cihaur, Jawa Tengah.
Advertisement
Di daerah irigasi (DI) Lakbok bagian Selatan luasnya mencapai 4.616 hektar di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan DI Sidareja mencapai 9.614 hektar. Sedangkan di Cihaur luasnya mencapai 11.923 hektar di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang OP Pemeliharan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Gandes Sawitri. Pemeliharaan Bendung Manganti dilakukan secara rutin untuk menjaga kelestarian dan kelancaran operasional bangunan yang sangat dibutuhkan petani di wilayah Sidareja-Cihaur, Kabupaten Cilacap dan Lakbok Selatan, dan Kabupaten Ciamis.
Perlu diketahui, Bendung Manganti adalah bendung gerak yang dilengkapi dengan pintu angkat kerangka dengan sistem pengerak manual dan otomatis.
Bendung ini dibangun sejak 1971 sampai dengan 1987 yang bermanfaat untuk mendistribusikan air ke tiga saluran irigasi, yakni saluran irigasi Sidareja, Cihaur, dan saluran irigasi Lakbok Selatan.
Untuk wilayah Jawa Barat terdapat 4600 hektar dan untuk Jawa Tengah memiliki luas 21 ribu hektar, imbuh Gandes Sawitri, Kamis (18/10/2018).
Ia melanjutkan bahwa Bendung Manganti memiliki dimensi 75,5 meter dan tinggi 10,2 meter. Selain itu, Bendung ini memiliki 6 pintu otomatis dan manual.
Untuk ke wilayah Jawa Tengah air yang dialiri sebesar 2,5 meter kubik per detik dan Jawa Barat 5,5 meter kubik per detik. Itu normal. Kalau kemarau dibawah itu, tutur Gandes Sawitri.
Bicara pemeliharaan, lanjut Gandes, bahwa Bendung Manganti masih ada warga yang belum paham mengenai pemeliharaan air di Bendung Manganti.
Di wilayah ini memiliki konsep tanam, padi dua kali dan satu palawija. Konsep itu dikarenakan Bendung Manganti harus berbagi dengan dua wilayah, tutur Gendis.
Proses tanam itu bisa berubah jika Bendungan Leuwikeris sudah beroperasi. Nantinya, jika sudah operasi, Bendungan Leuwikeris bakal menyuplai air.
Hal itu dinilai sangat baik oleh salah satu anggota dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Wasimun. Dengan adanya Bendung Manganti, para petani bisa panen 100 persen. Hal itu dikarenakan suplai air yang baik bagi petani.
Untuk saat ini hasil cukup baik karena pola tanam yang baik dengan suplai air dari Bendung Manganti, kata Wasimun.
Selain irigasi, Bendung Manganti juga difungsikan sebagai sarana pengendali banjir, dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk wilayah Kecamatan Sidareja, Cilacap, dan dua Kecamatan di Kabupaten Ciamis yakni Purwadadi dan Lakbok.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Danang Baskoro, mengatakan irigasi Citanduy memiliki dua bendung, yaitu Bendung Pataruman dan Manganti. Nantinya, kalau sudah beropersi Bendungan Leuwikeris, penyediaan air di Bendung Manganti akan lebih baik lagi.
Dengan nantinya Leuwikeris beroperasi, pola tanam akan diganti dengan sistem giliran. Sebagai contoh, yang biasanya dengan pola tanam padi 2 kali dan palawija sekali. Bisa menjadi padi 3 kali. Namun, sistem giliran wilayah. Selain itu, dengan adanya Bendungan Leuwikeris, air bisa tersuplai dengan merata disetiap wilayah, imbuh Danang Baskoro.
Embung Karohroy
Dalam mendukung insfrastuktur di wilayah sungai Citanduy, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy membangun Embung Karohroy lanjutan.
Berlokasi di Desa Nagaratengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya, pembangunan Embung Karohroy lanjutan bertujuan untuk memberikan ketersediaan air baku yang dimanfaatkan untuk masyarakat. Mulai dari irigasi, peternakan, dan perkebunan.
PPK Danau Situ dan Embung, SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Citanduy, Adi mengatakan bahwa pembangunan embung tersebut akan selesai pada 5 November 2018.
Tidak lama lagi masyarakat sekitar bisa memanfaatkan embung Karohroy. Target sampai 5 Desember 2018, tetapi kalau tidak ada halangan bisa lebih cepat selesainya, imbuh Adi, Kamis (18/10/2018).
Mengenai embung tersebut, lanjut Adi bahwa embung tersebut memiliki luas genangan mencapai 16 ribu meter persegi dengan debit air mencapai 2,96 liter per detik dan bisa dimanfaatkan untuk sekitar 5 hektar wilayah irigasi sampai 200 Kepala Keluarga (KK).
Embung ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Namun, masyarakat perlu melestarikan dan menjaga embung ini jika sudah beroperasi. Pasalnya, manfaatnya sangat luas, tutur Adi.
Sebelumnya, Embung Karohroy mempunyai sisi pertama dengan luas genangan 4 ribu meter persegi yang sudah beroperasi sejak Desember 2017.
Keberadaan Embung Karohroy disambut baik oleh Camat Cineam, Ari Fitriyadi. Ia mengatakan masyarakat Cineam menyambut baik adanya pembangunan Embung Karohroy lanjutan. Pasalnya, masyarakat yang mayoritas petani sangat mengandalkan air dalam berbagai aktivitasnya.
Saya berharap dengan adanya pembangunan lanjutan ini bisa menjadi pintu rezeki bagi masyarakat sekitar. Embung ini akan mengairi 40-50 hektar persawahan warga Cineam.
Tak hanya Camat Cineam yang menyambut baik pembangunan Embung Karohroy, tokoh masyarakat, Wayat juga mengapresiasi kinerja pemerintah dalam pembangunan tersebut.
Awalnya pada tahun 2008, kami meminta untuk dibuatkan embung kembali. Hal itu dikarenakan embung sebelumnya jebol,” tutur Wayat.
Kini, pembangunan Embung Karahroy sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat sekitar.
Mungkin saat ini hanya satu kampung yang merasakan manfaatnya. Namun, dengan adanya lanjutan ini bisa tiga kampung sekaligus yang merasakan hal itu,” ujar Wayat.
(*)