PBNU: Sebagian Ulama Berpendapat Penulisan Kalimat Tauhid di Bendera Makruh

Menurut Said, ada juga ulama yang mengharamkan membuat lukisan dengan tulisan Alquran atau Asmaul Husna.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2018, 20:26 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2018, 20:26 WIB
Pembakaran Bendera HTI, PBNU Sayangkan Aparat Keamanan Kecolongan
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj saat jumpa pers terkait pembakaran bendera HTI di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu (24/10). PBNU menyayangkan aparat keamanan yang kecolongan dengan tidak menindak pengibaran bendara HTI. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj menyampaikan penulisan kalimat Tauhid di bendera maupun medium lainnya seperti tembok dan pakaian hukumnya makruh atau tidak disukai.

Hal ini disampaikan Said Aqil saat menggelar konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

"Mayoritas ulama dengan empat mazhab itu berpendapat menulis Alquran, kalimat thoyyibah di bendera, di tembok, di pakaian, di atap rumah itu makruh. Bahkan ada yang mengatakan itu haram," jelas dia.

Saat masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sang Khalifah pernah menampar seseorang karena menulis kalimat Alquran di atas sebuah tembok. Padahal, sosok Umar bin Abdul Aziz terkenal sebagai pemimpin yang santun.

Said Aqil melanjutkan, ada juga ulama yang mengharamkan membuat lukisan dengan tulisan Alquran atau Asmaul Husna.

Dikhawatirkan nantinya tulisan dalam lukisan itu bisa menjadi sampah atau dibuang percuma jika tak lagi terpakai. Hal itu justru bisa merendahkan kesucian kalimat Tuhan.

"Khawatir tak bisa menghormati," ujar dia.

Hal ini disampaikan Said Aqil menyusul ramainya berita pembakaran bendera yang diduga merupakan bendera HTI oleh Banser di Garut, Jawa Barat pada hari Senin, 22 Oktober 2018 kemarin.

Banyak pihak kemudian bereaksi atas pembakaran bendera tersebut.

"Tidak ada ulama yang menganggap baik menulis kalimat Tauhid, Alquran di bendera. Siapapun. Bukan hanya HTI. Semuanya. Tidak ada ulama yang anggap baik menulis kalimat Tauhid di bendera karena takut kita tidak mampu menghormatinya," pungkas dia.

 

Contoh di Yaman

Sekjen PBNU, Helmi Faishal Zaini menyampaikan di Yaman terjadi konflik politik dengan Saudi Arabia.

Masyarakat Yaman pun membakar bendera Arab Saudi yang bertuliskan kalimat Tauhid. Namun di Yaman, tak ada masyarakat yang beranggapan pembakaran bendera itu merupakan bentuk penistaan kalimat Tauhid.

"Di Yaman misalnya terjadi konflik politik dengan Saudi Arabia dan kemudian mereka melakukan pembakaran bendera Saudi Arabia," kata dia. 

"Saya kira tidak ada yang mengatakan mereka masyarakat Yaman melakukan pembakaran kalimat Tauhid atau menistakan kalimat Tauhid. Karena itu kami menolak segala bentuk mengatasnamakan agama ini untuk kepentingan politik yang akhirnya justru menistakan makna agama itu sendiri," tandas mantan Menteri PDT ini.

Reporter: Hari Ariyanti

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya