Eks Stafsus ESDM Blak-Blakan Soal Cara Tumpas Genderuwo Ekonomi

Dia menambahkan, genderuwo ekonomi juga hinggap di penegakan hukum serta sektor kebijakan BUMN.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2018, 20:41 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 20:41 WIB
Said Didu
Mantan Staff khusus Menteri ESDM Said Didu. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Staf Khusus Menteri ESDM Muhammad Said Didu mengidentifikasi sektor sektor yang dihuni genderuwo ekonomi.

Hal itu disampaikan selepas diskusi bertajuk Prabowo-Sandi menumpas genderuwo ekonomi di Jalan Sriwijaya I No 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (14/11/2018).

"Saya pikir sektor anggaran jelas semua, penganggaran, APBN, APBD itu ada disitu. Yang kedua adalah sektor minyak, migas itu ada, yang ketiga adalah sektor penegakan hukum, mafia mafia hukum genderuwo juga, nah disitu kadang kadang BUMN kalah, kadang kadang ini kalah," katanya.

Dia menambahkan, genderuwo ekonomi juga hinggap di penegakan hukum serta sektor kebijakan BUMN. Kemudian yang paling besar sektor migas dan penguasaan lahan.

"Jadi sebenarnya tidak sampai 10 sektor, kalau pemerintahan yang baik maka tempatkan orang baik melawan genderuwo ekonomi saya pikir negara ini akan baik," imbuh Said.

"Jadi cari ajalah 20 orang baik yang hanya takut kepada Allah dan melawan genderuwo itu. Saya pikir negara ini baik, tapi kalau menempatkan orang di situ sebagai pengatur genderuwo maka sebagai pengatur pembagian rezeki para genderuwo ya susah," tuturnya.

Di sisi lain, genderuwo ekonomi tidak bisa ditumpas sampai hilang karena potensi ekonominya besar. Baiknya diajak bicara oleh pemerintah untuk menjadi pelaku ekonomi yang sesuai aturan dan tidak ikut campur memainkan lobi-lobi kekuasaan. Atau importir diancam secara halus supaya tidak bandel. Caranya ikut aturan atau bisnisnya dihentikan.

"Kita kan tahu siapa sih importir gula, kan itu itu aja dari dulu, yang saya katakan tadi itu orang itu istilah saya cukong kekuasaan. Cukong kekuasaan ini penguasa berganti cukongnya tetap, negara ini jadi susah karena cukongnya tetap dan penguasanya berganti-ganti. Dan kita tahu itu itu aja. Seperti kita tahu umpamanya di tambang, itu enggak nyampe 10 orang yang mengatur ngatur kau disini, kau disini," paparnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya