Liputan6.com, Jakarta - Kasubdit di Direktorat 83 Badan Intelejen Negara (BIN) Arief Tugiman mengungkap ada 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Menurut Jubir Kepala BIN Wawan Hari Purwanto, data itu merupakan hasil survei terhadap kegiatan khotbah yang disampaikan beberapa penceramah.
Survei itu, sambung Wawan, dilakukan P3M NU yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN.
Baca Juga
"Keberadaan masjid di Kementrian/Lembaga dan BUMN perlu dijaga agar penyebaran ujaran kebencian terhadap kalangan tertentu melalui ceramah-ceramah agama tidak mempengaruhi masyarakat dan mendegradasi Islam sebagai agama yang menghormati setiap golongan," ujar Wawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Minggu (18/11/2018).
Advertisement
"Hal tersebut adalah upaya BIN untuk memberikan early warning dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, tetap menjaga sikap toleran dan menghargai kebhinekaan," imbuh dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Deteksi Dini Mahasiswa Radikal
Selanjutnya, sambung Wawan, perlu dilakukan pemberdayaan Da'i untuk dapat memberikan ceramah yang menyejukkan dan mengkonter paham radikal di masyarakat.
Terkait tujuh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terpapar radikalisme, dan 39 persen mahasiswa di 15 Provinsi tertarik dengan paham radikal, Wawan juga membenarkannya.
"Namun data PTN dimaksud hanya disampaikan kepada Pimpinan Universitas tersebut untuk evaluasi, deteksi dini dan cegah dini, tidak untuk konsumsi publik, guna menghindari hal-hal yang merugikan universitas tersebut," kata Wawan.
Advertisement