Kiai NU Minta Warga Tak Ikut Reuni 212

Rencana Reuni 212 yang bakal digelar pada Minggu 2 Desember 2018 di Monas, Jakarta, dinilai sejumlah pihak akan berpotensi memecah belah umat.

diperbarui 01 Des 2018, 22:04 WIB
Diterbitkan 01 Des 2018, 22:04 WIB
Gelar Reuni Akbar 212, Jutaan Muslim Banjiri Kawasan Monas
Massa aksi Reuni 212 membanjiri kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (2/12). Aksi yang diselenggarakan sebagai bentuk reuni kegiatan 2 Desember 2016 itu diisi dengan pembacaan zikir, salawat serta salat berjamaah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Jakarta - Rencana Reuni 212 yang bakal digelar pada Minggu 2 Desember 2018 di Monas, Jakarta, dinilai sejumlah pihak akan berpotensi memecah belah umat. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Abdul Manan Ghani, menilai aksi itu sudah tak relevan.

"Karena misi awalnya sudah berhasil, yaitu ketika memprotes penistaan yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Saat ini, gerakan semacam itu rawan dipolitisasi dan menimbulkan permusuhan antar-sesama, apalagi menjelang Pilpres 2019," paparnya.

Kiai Manan menuturkan, justru yang dibutuhkan dan dirindukan umat saat ini adalah momen-momen religius yang menyejukkan, tidak ditungganggi kepentingan politik, juga dan tidak menanamkan sikap membenci orang lain.

Meski demikian, jika reuni ini tetap diselenggarakan, Manan menekankan agar diisi dengan materi-materi menyejukan yang mengedepankan persatuan bangsa dan tidak memancing gesekan antar kelompok masyarakat.

Terpisah, Ketua Ikatan Gus-Gus Indonesia (IGGI) KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, pihaknya tidak menganjurkan warga untuk ikut Reuni 212. Sebab lebih baik, membuat kegiatan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau berdoa bersama di wilayahnya masing-masing.

"Akan lebih bermanfaat jika kita ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, istighatsah, doa bersama, kajian Alquran, di lingkungan sekitar kita. Apalagi kalau ke Jakarta kan menghabiskan biaya transportasi yang tidak sedikit," ujar Gus Fahrur, sapaan akrabnya.

Diketahui, IGGI sendiri adalah jaringan putera kiai dan kiai-kiai muda yang tersebar di berbagai pesantren dan daerah di Indonesia. Organisasi ini juga banyak diisi kalangan NU yang berpengaruh.

Lebih lanjut, Gus Fahrur mengatakan, ada baiknya di tengah tahun politik yang semakin panas, momen keagamaan hadir memberi kesejukan.

"Jadi jangan malah saling menghasut, saling menebar kebencian. Yang sejuk saja yang dihadirkan ke umat," ujar Pengasuh Pesantren An-Nur Bululawang, Malang, itu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Imbauan Soekarwo Pada Warga Jatim

Imbauan senada datang dari Gubernur Jatim Soekarwo. Dia mengimbau kepada warga Jatim tidak perlu berangkat ke Jakarta untuk menghadiri Reuni 212.

"Saya menyampaikan, pertama, aspirasinya saja yang disampaikan, tidak usah orangnya (datang). Jadi, demokrasi yang sangat kualitatif itu kontennya, bukan fisiknya yang kemudian tidak ada konten," kata Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo.

"Saya khawatir mereka jatuh di jalan. Saya mengimbau sebaiknya kontennya saja yang disampaikan, isi dan maksudnya saja dikirimkan Jakarta. Kalau berangkat, malah bingung di sana nantinya," tegasnya.

Sementara itu, Ketua MUI Jabar Rahmat Suafei mengatakan, Reuni 212 berpotensi disusupi kepentingan politik tertentu. "Sebab pengamatan kami, tidak murni kegiatan agama. Ada gerakan sifatnya politik," ujar Rachmat Syafei.

Simak berita lainnya di Jawapos.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya