BMKG: Aktivitas Gempa di Indonesia Meningkat Drastis di Tahun 2018

BMKG menyebut selama 2018, aktivitas gempa di Indonesia didominasi oleh gempa dangkal kurang dari 60 km yang terjadi 9.585 kali.

oleh Muhammad Ali diperbarui 29 Des 2018, 08:17 WIB
Diterbitkan 29 Des 2018, 08:17 WIB
20151111-Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat selama tahun 2018, aktivitas gempa di Indonesia meningkat drastis. Jumlah gempa itu mencapai ribuan kali.

Berdasarkan data gempa di Pusat Gempa Nasional BMKG, selama tahun 2018 di wilayah Indonesia terjadi aktivitas gempa sebanyak 11.577 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman. Sementara pada tahun 2017, jumlah aktivitas gempa yang terjadi hanya 6.929 kali.

"Artinya, selama tahun 2018 telah terjadi peningkatan jumlah aktivitas gempa yang drastis di Indonesia, yaitu 4.648 kejadian gempa tektonik," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono kepada Liputan6.com, Sabtu (29/12/2018).

Berdasarkan magnitudonya, selama tahun 2018 telah terjadi gempa kecil (magnitudo kurang dari 4,0) sebanyak 9.081 kali, gempa Ringan (magnitudo antara 4,1 - 5,0) sebanyak 2.273 kali, gempa menengah (magnitudo antara 5,1 - 6,0) sebanyak 210 kali, gempa kuat (magnitudo antara 6,1 - 7,0) sebanyak 12 kali.

"Dan gempa besar dengan magnitudo antara 7,1 - 8.0 hanya terjadi 1 kali, yaitu Gempa Palu 28 September 2018 (M=7,5) serta gempa dahsyat (kekuatan antara 8,1 - 9,0) selama tahun 2018 tidak terjadi di wilayah Indonesia," ujar dia.

Selama 2018, aktivitas gempa di Indonesia didominasi oleh gempa dangkal kurang dari 60 km yang terjadi 9.585 kali. Selanjutnya gempa kedalaman menengah antara 61-300 km terjadi 1.856 kali. Sedangkan gempa hiposenter dalam di atas 300 km hanya terjadi 136 kali.

"Tingginya aktivitas gempa bumi di Indonesia selama tahun 2018 tersebut disebabkan karena adanya beberapa gempa kuat dan diikuti rangkaian gempa susulan yang banyak," ucap dia.

Selain itu, adanya aktivitas gempa swarm di Mamasa, Sulawesi Barat juga memberikan tambahan jumlah gempa yang sangat signifikan. Sehingga jika dikomulatifkan seluruh aktivitas gempa yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 menjadi jumlah yang sangat besar.

Selama tahun 2018, di Indonesia terjadi gempa merusak sebanyak 23 kali. Yaitu:

1. Gempa Lebak pada 23 Januari 2018 M=6,1 merusak 1.231 rumah, 1 orang meninggal, dan beberapa orang luka-luka.

2. Gempa Geumpang Aceh Barat pada 8 Februari 2018 M=6,3 merusak 11 rumah dan 1 Masjid.

3. Gempa Sumanep pada 13 Juni 2018 M=4,8 merusak 77 rumah dan 6 orang luka-luka.

4. Gempa Lebak pada 7 Juli 2018 M=4,4 merusak 28 rumah.

5. Gempa Muara Teweh pada 12 Juli 2018 M=4,4 merusak beberapa rumah.

6. Gempa Kepulauan Mentawai pada 20 Juli 2018 M=5,2 merusak 12 rumah.

7. Gempa Padang Panjang pada 21 Juli 2018 M=5,3 merusak 12 rumah.

8. Gempa Lombok pada 29 Juli 2018 M=6,4 merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia.

9. Gempa Lombok pada 5 Agustus 2018 M=7,0 merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal dunia.

10. Gempa Lombok pada 9 Agustus 2018 M=5,8 merusak rumah dan menyebabkan orang meninggal.

11. Gempa Manggarai pada 17 Agustus 2018 M=6,2 merusak 151 rumah dan beberapa orang luka-luka.

12. Gempa Lombok pada 19 Agustus 2018 M=6,2 merusak rumah rusak dan menyebabkan orang meninggal.

13. Gempa Lombok M=6,9 19 Agustus 2018 merusak dan menyebabkan orang meninggal. Total korban meninggal gempa Lombok mencapai lebih dari 555 orang dan ribuan rumah rusak.

14. Gempa Donggala dan Palu pada 28 September 2018 M=6,0 menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia.

15. Gempa Donggala-Palu 28 September 2018 M=7,5 menyebabkan rumah rusak dan orang meninggal dunia. Total dampak gempa Donggala dan Palu, beserta ikutannya yaitu tsunami dan likuefaksi mencapai lebih dari 2.000 orang meninggal, lebih dari 1000 orang hilang dan merusak ribuan rumah.

16. Gempa Sumba Timur pada 1 Oktober 2018 M=6,0 merusak banyak rumah dan beberapa orang luka.

17. Gempa Sumba timur pada 2 Oktober 2018 M=6,3 merusak banyak rumah.

18. Gempa Sumenep pada 10 Oktober 2018 M=6,4 merusak puluhan rumah dan 3 orang meninggal.

19. Gempa Mamasa pada 3 November 2018 M=4,7 menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.

20. Gempa Mamasa 3 November 2018 M=4,6 menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.

21. Gempa Mamasa 8 November 2018 M=5,1 menyebabkan beberapa rumah rusak ringan.

22. Gempa Sangihe-Talaud 6 November 2018 M=5,3 merusak beberapa rumah.

23. Gempa Manokwari Selatan 28 Desember 2018 M=6,0 merusak beberapa rumah.

 

Dipicu Aktivitas Sesar

[Bintang] Gempa Lombok, Ratusan Orang di Gili Trawangan Dievakuasi
Gempa Lombok: Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan evakuasi sekitar 700 orang yang berada di Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Ilustrasi: iStockphoto)

Data 23 gempa merusak tersebut, lanjut Rahmat, sebanyak 19 gempa merusak dipicu aktivitas sesar aktif. Hanya 4 gempa yang dipicu aktivitas subduksi lempeng.

"Jika pada 2017 hanya terjadi gempa merusak sebanyak 19 kali, maka pada tahun 2018 telah terjadi 23 kali, sehingga ada peningkatan jumlah aktivitas gempa merusak di Indonesia," imbuh dia.

Rahmat menjelaskan selama 2018, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini tsunami sebanyak 2 kali. Peringatan dini tsunami yang pertama adalah saat terjadi gempa Lombok 5 Agustus 2018 dengan magnitudo M=7,0 dengan status ancaman waspada dengan ketinggian tsunami kurang dari 50 cm.

"Kedua adalah peringatan dini tsunami saat terjadi Gempa Donggala-Palu pada 28 Sep 2018 dengan magnitudo M=7,5 dengan status ancaman siaga dengan tinggi ancaman tsunami 0,5 hingga 3 meter. Kedua peringatan dini tsunami ini benar-benar terbukti terjadi tsunami," ujar dia.

Rahmat menerangkan, jika ditambah peristiwa tsunami Selat Sunda, maka jumlah kejadian tsunami selama 2018 sebanyak 3 kali. Namun demikian tsunami yang bersifat destruktif dan menelan korban jiwa hanyalah Tsunami Donggala-Palu dan Tsunami Selat Sunda yang diduga kuat dipicu oleh longsornya lereng (flank collapse) Gunung Anak Krakatau.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya