Liputan6.com, Jakarta - Gunung Agung, salah satu kawasan wisata di Pulau Dewata Bali, kembali mengalami erupsi pada Kamis malam, 10 Januari 2019.
Gunung Agung yang berketinggian 3.014 meter di atas permukaan laut (dpl) ini dipercaya sebagai tempat tinggalnya para roh leluhur masyarakat Hindu Bali. Sebagai salah gunung aktif di Pulau Bali, letusan terakhirnya terjadi sekitar 1963 dan mengakibatkan kehancuran yang cukup parah, terutama di Kabupaten Karangasem. Sementara saat ini, Gunung Agung berada pada status siaga atau level III.
Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih 4 menit 26 detik.
Advertisement
Saat ini zona bahaya berada di radius 4 kilometer dari kawah Puncak Gunung Agung. Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual ataupun terbaru.
Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Selain masyarakat sekitar, para pendaki atau wisatawan diminta tidak mendaki dan tidak beraktivitas apapun di radius empat kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Kawasan ini memang banyak digemari para pendaki.
Berada di ketinggian di atas 3.000 meter, para pendaki sudah bisa melihat alam Bali dan daerah sekitar dengan sempurna. Dilansir dari laman Panduan Wisata Bali, pengunjung tak hanya dibius oleh pemandangan alam di sekitar Gunung Agung yang eksotis, tapi juga Gunung Rinjani yang terletak di Pulau Lombok bisa terlihat dari puncak gunung yang terkenal ini.
Selain Rinjani, keindahan gugusan Kepulauan Nusa Penida bisa ikut dinikmati dari puncak gunung. Begitu juga dengan Pantai Sanur serta Gunung dan Danau Batur yang bisa dinikmati dan dipandangi sepuasnya dari daerah tertinggi Gunung Agung.
Namun untuk saat ini, ada baiknya mengkaji lebih dulu perkembangan di kawasan Gunung Agung. Itu karena zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Aktivitas Wisata Bali Tetap Normal
Meski ada himbauan mendekati Gunung Agung, letusan Gunung itu tidak berdampak pada aktivitas wisata maupun operasional penerbangan di Pulau Bali serta pulau Lombok dan sekitarnya.
"Hingga saat ini, aktivitas penerbangan di Bali dan sekitar masih tetap normal. Tidak menyebabkan hingga bandara harus di tutup. Kegiatan wisata juga masih berjalan normal," ujar Ketua Tim TCC Kemenpar, Guntur Sakti di Banten, Jumat (11/01/2018).
Namun, Guntur yang juga Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang sudah diumumkan. Misalnya, mereka yang bermukim di sekitar Gunung Agung, para pendaki dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di zona radius 4 km dari puncak kawah.
Selain itu, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga perlu berjaga dan waspada. Lokasi atau kawasan berbahaya itu lokasinya jauh dari destinasi-destinasi di Bali, seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua, Nusa Penida, Tanah Lot, Ulu Watu, dan sebagainya.
"Kegiatan wisata berjalan normal namun wisatawan dan warga tetap harus waspada dan menjauh dari radius batas erupsi," ujar Guntur.
Advertisement
Masuk Dalam 8 Gunung Berapi Paling Bahaya di Dunia
Dari delapan gunung berapi paling berpotensi bahaya di dunia, Indonesia memiliki dua gunung yang masuk dalam kategori tersebut.
Bersama Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Agung yang kini erupsi terus menerus pernah meletus dengan dahsyatnya pada tahun 1963. Ini adalah salah satu letusan terhebat dalam sejarah Indonesia.
Dampak dari letusan itu berlangsung selama 11 bulan, menghasilkan hujan abu tebal dan aliran piroklastik yang menyebabkan lebih dari 1.000 kematian serta rusaknya bangunan.
Kepulan asap yang sekarang kerap muncul di atas gunung sedang diamati terus menerus sepanjang 2018, menyusul letusan pada bulan November 2017. Gunung Agung dikelilingi oleh populasi sekitar empat juta orang.