Liputan6.com, Jakarta - Tim Tim Penyelam (Kopaska & Dislambair) Koarmada I berhasil menemukan dan mengangkat Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air yang jatuh di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018. CVR ini penting untuk mengungkap percakapan di kokpit pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 itu.
Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro mengatakan, jajarannya diberi waktu 15 hari untuk menemukan CVR tersebut, terhitung sejak 8 Januari 2019. Sebab, pada saat perintah diberikan, umur CVR Lion Air tinggal 25 hari lagi.
Baca Juga
"Saya hanya diberi batas waktu 15 hari karena waktu CVR 25 hari. Kita bagi dua, 7 hari pertama dan 7 hari kedua. Harapannya 7 hari pertama sudah ketemu," ujar Susmoro, di Jakarta, Senin (14/1/2019).
Advertisement
KRI SPICA berangkat dari Jakarta International Container Terminal (JICT) pada Selasa 8 Januari 2019. Kapal berangkat dengan membawa 84 personel yang terdiri dari 55 awak kapal, 3 spesialis dari PUSHIDROSAL, 18 penyelam dari DISLAMBAIR dan SATPASKA, serta 8 personel Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Operasi ini bertujuan untuk mencari CVR Lion Air dan jenazah korban.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, operasi ini melanjutkan operasi sebelumnya yang selesai pada 29 Desember 2018. Tim langsung menuju ke koordinat Sugnal Under Water Locaror Beacon (ULB) yang sudah diidentifkasi pada operasi sebelumnya.
"Operasi ini menggunakan peralatan yang ada di KRI SPICA seperti, magnetometer, side scan sonar, multi beam sonar, alat penyedot Iumpur di tambah dengan alat KNKT Remotely Opemted Vehicle (ROV) dan ULB locator," tutur Soerjanto.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sempat Terkendala Cuaca
Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro mengatakan, pencarian CVR Lion Air sempat terkendala hujan. Kurang bersahabatnya cuaca membuat jarak penglihatan dalam laut sangat rendah.
"Di luar dugaan musim hujan tiba. Cuaca kurang bersahabat visibility sangat rendah ditambah lagi kendala teknis. Namun tim dari TNI AL, BASARNAS, PUSHIDROSAL, Armada l, DIROPSSURTA, KADISLAMBAIR, DANSATPASKA, semua bersepakat bahwa ini harus ketemu," kata Susmoro.
Tim kemudian mengerahkan SPICA menggunakan magnetometer, side scan sonar, multi beam sonar, alat penyedot lumpur ditambah dengan alat KNKT Remotely Opemted Vehicle (ROV) dan ULB locator. Setelah tahu gambaran tanah dalam air, tim melakukan profiling untuk mengetahui lapisan dasar laut supaya tahu situasi.
"KNKT sudah minimalisir 5x5 sudah ada CVR. Kita fokus ke 5x5 masih ada puing. Kita tidak berhasil karena ping lemah. Namun demikian dengan kekuatan dan kesunggahuan dan heroik dengan penyelam-penyelam handal dengan kedalam 33 meter akhirnya memberikan gambaran poisis yang hampir pasti." ujar Susmoro.
"Hari ini pagi di turun pagi hari jam 08.40 tadi sudah bisa ditemukan CVR. Sebelumnya sudah ditemukan Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berarti kita berasumsi CVR tidak jauh. Kita angkat puing dan penyemprotan lumpur ketebalan 30 sentimeter. Kita mengetahui di bawah lumpur tidak mungkin di atas lumpur. Kemungkinan pertama tidak ditemukan karena banyak puing. Setelah bersihkan baru ketemu," lanjut dia.
Advertisement