5 Fakta Banjir Sulsel Akibat Hujan yang Terus-menerus

Banjir bandang yang terjadi di Gowa, Sulawesi Selatan pada Selasa, 22 Januari 2019 hingga merenggut nyawa.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 24 Jan 2019, 19:24 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2019, 19:24 WIB
Banjir Sulsel
Foto: Eka Hakim/ Liputan6.com

Liputan6.com, Makassar - Hujan yang mengguyur sehari semalam pada Senin 21 Januari hingga Selasa, 22 Januari 2019 membuat beberapa wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) terendam banjir.

Di antaranya Kabupaten Jeneponto, Gowa, Maros, Soppeng, Barru, Wajo, Bantaeng, Pangkep dan Kota Makassar.

Terjangan banjir yang datang begitu cepat membuat warga Perumnas Antang Makassar tidak sempat menyelamatkan barang berharga di rumah. 

"Air langsung tinggi. Kalau tanda-tandanya setinggi mata kaki kemudian meninggi, kita masih bisa menyelamatkan barang-barang berharga," kata seorang warga Blok VIII Perumnas Antang Makassar Jihadul Arifin seperti dikutip dari Antara, Rabu, 23 Januari 2019.

Banjir tersebut terjadi dikarenakan arus air yang deras dari wilayah Kabupaten Gowa setelah pintu air Bendungan Bili-Bili dibuka karena terjadi luapan. Perumnas Antang Makassar berada di Kecamatan Manggala, Makassar berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gowa.

Kabupaten Gowa merupakan kawasan terparah, karena wilayah tersebut dihadang banjir bandang. Banjir bandang terjadi pada Selasa, 22 Januari 2019 hingga merenggut nyawa.

Berikut 5 fakta banjir yang terjadi di Sulawesi Selatan dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Datang Tiba-tiba

Banjir Sulsel
Hingga hari kedua, hujan lebat disertai angin kencang masih terjadi di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Terjangan banjir yang datang begitu cepat membuat warga Perumnas Antang Makassar, Sulawesi Selatan, tidak sempat menyelamatkan barang berharga dari rumah.

"Air langsung tinggi. Kalau tanda-tandanya setinggi mata kaki kemudian meninggi, kita masih bisa menyelamatkan barang-barang berharga," kata seorang warga Blok VIII Perumnas Antang Makassar Jihadul Arifin seperti dikutip dari Antara, Rabu (23/1/2019).

Ia menyebut banjir kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Banjir kali ini datang secara tiba-tiba dari belakang rumah warga dengan kondisi air sudah tinggi.

Ia mengatakan banjir yang terjadi di perumahannya itu karena arus air yang deras dari wilayah Kabupaten Gowa setelah pintu air Bendungan Bili-Bili dibuka karena terjadi luapan.

Jihadul mengatakan perumahannya yang berada di Kecamatan Manggala, Makassar itu, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gowa.

Apalagi, kata dia, sembilan kecamatan lainnya di dataran rendah di daerah itu juga mengalami banjir. Dia mengatakan banjir di perumahannya sudah mencapai atap rumah, sedangkan untuk rumahnya sendiri air baru setinggi di atas 1,5 meter.

Banjir di kawasan itu mulai terjadi pada Selasa, 22 Januari 2019 sekitar pukul 16.00 Wita. Banjir di perumahannya kali ini juga baru terjadi hingga setinggi dada orang dewasa.

 

2. Mengepung Warga

Banjir Sulsel
Foto: Eka Hakim/ Liputan6.com

Hingga hari kedua, hujan lebat disertai angin kencang masih terjadi di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel). Akibatnya, banjir menggenangi pemukiman warga.

Rina Arifah, warga BTN Asabri Blok E7, Desa Moncongloe Lappara, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulsel mengaku memilih bertahan di rumahnya meski genangan air setinggi pinggang orang dewasa mulai mengelilingi kompleks perumahan tempatnya tinggal.

"Mau kemana juga pak, jalan keluar menuju kota Makassar sudah tak bisa dilalui dari kemarin, hampir semua ruas jalan banjir, ini sudah setinggi pinggang orang dewasa," kata Rina kepada Liputan6.com, Rabu, 23 Januari 2019.

Rina berharap bantuan Pemerintah Daerah Maros segera datang. Meski dirinya tahu kemungkinan pihak pemerintah juga sibuk memantau banjir di beberapa titik lainnya yang ada di Kabupaten Maros.

"Banjir kali ini lumayan besar dibanding tahun kemarin. Hampir daerah resapan sudah tak ada dan sudah terbangun perumahan. Ini lebih parah," terang Rina.

Yang membuat gelisah, kata Rina, ia bersama keluarganya tak bisa leluasa dalam beraktivitas, lantaran listrik padam sejak kemarin, apalagi alat komunikasi kehabisan daya, mati total dan tak bisa digunakan.

Hampir sama dengan kondisi perumahan yang bersebelahan dengan kompleks Perumahan tempat tinggal Rina. Ratusan warga yang tepatnya berdomisili di Blok 10 Antang, Kecamatan Manggala, Makasssar mulai dievakuasi oleh tim Basarnas dan Pemda Kota Makassar karena genangan air sudah melebihi batas normal.

"Di sini sejak semalam rumah semuanya sudah terendam dan tidak memungkinkan untuk bertahan," ucap Hartati warga Blok 10, Antang, Kecamatan Manggala, Makassar itu.

Ia mengaku selain kompleks perumahannya berada di dataran rendah, juga sangat dekat dengan bantaran sungai. Dan hampir tiap tahun menjadi langganan banjir.

"Setiap hujan lebat sehari saja, genangan air sudah tinggi. Air sungai juga pasti meluap sehingga kompleks tentu tergenang air dan itu terjadi tiap tahunnya," kata Hartati.

Hartati bersama keluarganya mengaku untuk sementara memilih menginap di masjid yang berada di pinggiran jalan yang lokasinya lebih tinggi. Selain itu, warga lainnya juga ada yang untuk sementara menginap di rumah kerabatnya yang tidak berdampak banjir.

"Sebenarnya was-was juga ada saat kami tinggalkan rumah. Takutnya kami kemalingan. Tapi pikir-pikir juga nyawa yah kami terpaksa mengungsi ke tempat yang aman untuk sementara," ungkap Hartati menambahkan.

 

3. Banjir Bandang

Banjir Sulsel
Foto: Eka Hakim/ Liputan6.com

Hampir seluruh wilayah di Kabupaten Gowa, Sulsel terkena banjir, Selasa, 22 Januari 2019. Ada enam warga yang meninggal dunia karena tertimbun longsor dan juga karena kedinginan.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Gowa, Adnan Purictha Ichsan Yasin Limpo saat ditemui di rumah jabatan bupati Selasa malam ini usai dia dan jajarannya memantau pelaksanaan evakuasi warga di beberapa lokasi banjir terparah.

"Ada enam warga yang meninggal dunia mulai dari balita hingga orang dewasa," kata Adnan.

Di antara enam warga itu, kata Adnan, ada dua balita yang meninggal dunia karena kedinginan. Sempat mendapat perawatan medis di rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Satu di antaranya bernama Akram Ali Yusran, (3) warga perumahan Royal Zigma

Kemudian ada jug Rizal Lisan Trio, (48) warga BTN Batara Mawang, Kecamatan Somba Opu yang meninggal dunia karena tersengat listrik. Lalu dua orang warga Kecamatan Bongayya bernama Syarifuddin dan Daeng Baji, terakhir seorang warga dewasa meninggal dunia karena tertimbun longsor di daerah ketinggian Kecamatan Tinggi Moncong. Identitasnya belum diketahui.

"Selain itu ada empat warga yang luka dan 10 orang dinyatakan hilang masing-masing berasal dari Kecamatan Manuju, Bonto Marannu dan Bongayya," tutur Adnan.

 

4. 30 orang Meninggal Dunia

Banjir Sulsel
Foto: Eka Hakim/ Liputan6.com

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 30 orang meninggal dunia akibat [banjir](https://www.merdeka.com/peristiwa/30-orang-meninggal-akibat-banjir-di-sulawesi-selatan.html "") di Sulawesi Selatan, Kamis, 24 Januari 2019 pukul 14.00 WIB.

78 desa terdampak bencana di 52 kecamatan yang tersebar di 10 kabupaten kota yaitu Kabupaten Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap dan Bantaeng.

"Sebanyak 30 orang meninggal dunia, 25 orang hilang, 47 orang luka-luka, 5.825 orang terdampak, 3.321 orang mengungsi, 76 unit rumah rusak (32 unit hanyut, 25 rusak berat, 2 rusak sedang, 12 rusak ringan, 5 tertimbun), 2.694 unit rumah terendam, 11.433 hektare sawah terendam banjir, 9 jembatan rusak, 2 pasar rusak, 6 unit fasilitas peribadatan rusak dan 13 unit sekolah rusak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada wartawan.

Curah hujan ekstrem yang melanda wilayah Sulsel sejak (22/1) telah menyebabkan peningkatan debit sungai dan Waduk Bili-Bili sehingga banjir. Longsor terjadi di daerah-daerah perbukitan. Dalam dua hari terakhir hujan berkurang. Hal ini juga menyebabkan debit keluaran Waduk Bili-Bili menurun.

Pada 24/1 pukul 14.20 WIB, status tinggi muka air Waduk Bili-Bili 99.43 meter. Volume waduk sekitar 258.28 juta meter kubik dan inflow sekitar 144.99 meter kubik per detik serta outflow sekitar 145.00 meter kubik per detik. Status di bawah normal. Artinya aman dengan tinggi bukaan pintu air menjadi 1 meter.

"Penanganan darurat masih terus dilakukan. Tim gabungan dari BPBD BNPB, TNI, Polri, Basarnas, Kementerian/Lembaga, SKPD, PMI, relawan, NGO dan masyarakat melakukan penanganan darurat. BNPB terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat," tutur Sutopo.

 

5. Puluhan Orang Masih Hilang

(Foto: Liputan6.com/Eka Hakim)
Kolam pengendali banjir di Sulsel

Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan melalui Crisis Media Center (CMC) di Kantor Gubernur Sulsel menyebutkan 25 orang dinyatakan hilang akibat banjir di sejumlah wilayah di Sulsel.

Sesuai data yang masuk pada 24 Januari 2019, pukul 11.30 Wita, korban yang masih hilang itu berasal dari berbagai daerah, yakni Kabupaten Gowa (21 orang), Jeneponto (3), dan Pangkep (1).

Berdasarkan data yang dirilis CMC, jumlah pengungsi akibat bencana alam terkait dengan musim hujan di daerah itu telah mencapai 3.321 orang.

Ribuan pengungsi itu berasal dari beberapa kabupaten, seperti Gowa, Makassar, dan Maros, dilansir Antara.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman pada Kamis kembali meninjau langsung lokasi yang terkena dampak banjir yang melanda beberapa kabupaten di Sulsel, yakni Jalan Nipa-Nipa dan Perumnas Antang, Makassar.

Wagub Andi Sudirman mengatakan, bahwa Pemprov akan secepatnya mencarikan solusi atas penanganan banjir di Nipa-Nipa dan Antang.

Koordinasi pun dilakukan dengan para pihak terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Basarnas.

"Kami sudah koordinasi dengan BPBD terkait masalah bantuan tambahan berupa perahu karet dan beberapa bentuk bantuan lainnya," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya