JK: Yang Penting Negara Bisa Bayar Utang

JK menjelaskan bahwa utang Indonesia sudah ada sejak pemerintahan Soekarno.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jan 2019, 18:44 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2019, 18:44 WIB
Wapres Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi pernyataan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai menteri pencetak utang.

Pria yang akrab disapa JK ini menilai Indonesia memang memiliki utang tetapi hingga saat ini pemerintah bisa membayar.

"Buktinya kan tidak ada utang kita yang jatuh tempo yang tidak kita bayar. Bahwa kemudian kita pinjam lagi itu cara pengelolaan keuangan," kata JK di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa (29/1/2019).

Dia menjelaskan setiap negara berkembang pasti memiliki utang. Tidak hanya Indonesia, kata JK, Jepang yang merupakan negara maju tetap berutang.

"Defisit-defisit itu selalu ditalangi dengan utang. Tapi bukan jumlahnya yang penting. Yang penting ialah dapat dibayar atau tidak," kata JK.

Dia menjelaskan hal tersebut sudah ada sejak pemerintahan Soekarno. Tetapi hingga saat ini kata JK, Indonesia masih bisa membayar. "Tapi yang paling penting bisa dibayar enggak ini. Bisa bayar, dari pajak. Pajak kan naik terus," kata JK.

 

 


Kemenkeu Kecewa

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kecewa atas retorika Prabowo Subianto yang menyebut menteri mereka sebagai menteri pencetak uang. Itu Prabowo lontarkan ketika berorasi mengenai utang di depan massa pendukung dari Alumni Perguruan Tinggi seluruh Indonesia.

"Mungkin (ganti) menteri pencetak utang. Bangga untuk utang, (tapi) yang suruh bayar orang lain," ujar Prabowo. 

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nurfransa Wira Sakti, mengecam retorika itu. Menurutnya, ucapan Prabowo mencederai perasaan jajaran pegawai Kemenkeu yang juga notabene banyak kaum milenial. 

"Apa yang disampaikan oleh Calon Presiden Prabowo, 'Jangan lagi ada penyebutan Menteri Keuangan (Menkeu), melainkan diganti jadi Menteri Pencetak Utang', sangat mencederai perasaan kami yang bekerja di Kementerian Keuangan," ujar Nurfransa seperti dikutip di akun Facebook-nya.

"Siapa pun tidak sepantasnya melakukan penghinaan atau mengolok-olok nama sebuah institusi negara yang dilindungi oleh undang-undang, apalagi seorang calon presiden," tegasnya.

Nurfransa pun menjelaskan mekanisme utang agar meluruskan persepsi Prabowo. Ia menjelaskan, pengelolaan dan pengajuan utang dilakukan dengan sangat hati-hati bersama DPR. Kualitas utang dan kesehatan negara juga mendapat nilai baik berdasarkan standar internasional. Ini membantah ucapan Prabowo yang berkata utang RI sudah di stadium lanjut. 

"Pengelolaan dan kredibilitas APBN dan utang juga dinilai oleh lembaga rating dunia yang membandingkan utang dan kualitas kesehatan keuangan negara secara konsisten. Indonesia termasuk dalam kategori investment grade oleh lembaga rating Moodys, Fitch, S&P, RNI dan Japan Credit Rating Agency," jelas dia. 

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya