Waspada, Ulat Fall Armyworm dari AS Serang Indonesia

Kalau pertanian kita terkena hama ulat ini, kerusakannya sangat cepat. Hama ini bisa bertelur 1.844 butir dan terdapat overlapping generasi setiap tahunnya

oleh Achmad Sudarno diperbarui 07 Feb 2019, 18:25 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2019, 18:25 WIB
(Foto: Kementan)
Kunjungan kerja Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Sukabumi (Foto: Kementan)

Liputan6.com, Bogor - Para petani diminta mewaspadai dan melakukan persiapan terhadap potensi serangan hama spodoptera frugiperda (Fall Armyworm). Hama yang berasal dari luar negeri tersebut berpotensi menimbulkan kerusakan hebat terhadap tanaman pangan seperti jagung, padi, dan gandum.

Para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan peringatan dini bahwa serangan hama ulat Fall Armyworm bisa masuk Indonesia yang beriklim tropis.

Pakar Hama dan Penyakit Tumbuhan dari IPB, Idham Sakti Harahap menyebut ada ancaman dari hama ulat spodoptera frugiperda yang berasal dari AS. Kerusakan akibat hama ulat itu jauh lebih besar daripada hama ulat yang sudah ada di Indonesia. Jenis Spodoptera frugiperda menyerang tanaman pangan seperti jagung, padi, dan gandum.

"Hama ini sudah mewabah di Myanmar, India, Thailand, dan Filipina. Jika tidak diantisipasi sejak dini, tinggal selangkah lagi dari negara tetangga ke Indonesia melalui Sulawesi," kata Idham saat diskusi nasional Fall Armyworm on Corn a Threat to Food Seceruty in Asia Pacific Region yang diselenggarakan Corteva di Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/2/2019).

Idham menjelaskan, penyebaran hama ulat spodoptera frugiperda bisa melalui perdagangan sayur-mayur, buah-buahan antarnegara. Apalagi, ulat Spodoptera frugiperda ini sangat cocok hidup dan berkembang biak di Indonesia dengan iklim tropis

Sebab itu, Badan Karantina pemerintah mengambil langkah antisipasi agar larva tidak masuk ke Indonesia. Pasalnya, hama ini sudah menyebar di negara Amerika, Bermuda, Canada, Cile, Mexico, Brasil, Argentina, Yaman, India, Myanmar, Thailand, dan hampir diseluruh negara Afrika.

"Kalau pertanian kita terkena hama ulat ini, kerusakannya sangat cepat. Hama ini bisa bertelur 1.844 butir dan terdapat overlapping generasi setiap tahunnya," kata dia.

Selain itu, saat menjadi kupu-kupu, spodoptera frugiperda bisa terbang sejauh 100 km per hari dengan bantuan angin.

"Serangga ini mampu bertahan di musim dingin. Karena Indonesia negara tropis, jadi sangat berpotensi terserang hama ini," terang Idham.

 

Kerugian Akibat Ulat

IPB
Corteva menyelenggarakan diskusi nasional Fall Armyworm on Corn a Threat to Food Seceruty in Asia Pacific Region di Bogor. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

The Centre for Agriculture and Bioscience International (CABI) tahun 2018 mencatat, kerugian akibat serangan hama ini pada tanaman jagung di 12 negara di Afrika antara 4-18 juta ton per tahun atau jika diuangkan senilai U$$ 1-4,6 juta.

Dampak ekonomi dari masuk dan menetapnya hama ini di Afrika tidak terbatas terhadap produksi pertanian, tetapi juga terhadap akses pemasaran produk pertanian dari negara-negara terdampak ke perdagangan internasional.

Saat ini, frekuensi intersepsi adanya larva Fall Armiworm di negara Eropa terhadap produk sayuran segar dan tanaman hidup yang masuk pun makin meningkat.

Sementara itu, Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB dan Anggota Perhimpunan Entomoligi Indonesia Dewi Sartiami menerangkan, hama spodoptera frugiperda berasal dari kawasan tropika dan sub tropika benua Amerika itu, saat ini penyebarannya belum ditemukan di Indonesia.

"Di Indonesia umumnya hanya ada hama genua spodoptera atau dikenal ulat grayak. Tapi untuk jenis spodoptera frugiperda belum ditemukan di Indonesia," kata dia.

Namun demikian, hama ini berpotensi masuk ke Indonesia. Apabila ulat tersebut ditemukan di Indonesia, ia mengimbau kepada para penyuluh pertanian untuk melakukan sosialisasi bagi para petani terhadap ciri-ciri ulat spodoptera frugiperda ini.

"Cirinya memiliki bentuk huruf Y terbalik di kepala dan memiliki garis memanjang di atas apex dari kepala bagian atas," ucap dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya