Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) berharap bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) bisa dioptimalkan penggunaanya oleh petani. Untuk itu, Kementan berharap Alsintan dikelola oleh sebuah unit bisnis kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan).
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, bantuan alsintan yang diberikan Kementan kepada petani melalui Poktan ataupun Gapoktan dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya.
Baca Juga
Presiden Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
Produktivitas dan IP Padi di Desa Rokan Baru Pesisir Meningkat Berkat Optimalisasi Lahan Kementan
Mentan Amran dan Menteri PU Perkuat Kolaborasi Penyediaan Akses Air Demi Percepatan Swasembada Pangan
"Jangan sampai alsintan hanya disimpan di rumah atau dijual. Karena itu harus dioptimalkan supaya tepat sasaran," kata Sarwo Edhy, saat Penyerahan Bantuan dari KKP dan Bantuan Sarana Bidang Pertanian dari Kementan, di PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali, Senin (18/3).
Advertisement
Dikatakan Sarwo Edhy, apabila alsintan bisa dikelola dengan baik akan memberi penghasilan tambahan bagi Poktan atau Gapoktan. Poktan atau Gapoktan bisa membentuk UPJA, koperasi dan kelompok usaha bersama (KUB) untuk mengembangkan alsintan bantuan pemerintah.
"Seperti yang dilakukan kelompok mahasiswa di Sumatera Selatan yang mengelola alsintan dengan mendirikan KUB. Kurun tiga bulan, hasil dari sewa alsintan sudah mencapai Rp 170 juta," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo juga mengatakan, alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil. UPJA terbukti bisa memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.
"Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa alsintan ke petani Rp 46 juta," ujarnya.
Menurut Sarwo Edhy, bantuan alsintan ke petani harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebab, petani yang menggunakan alsintan usaha taninya lebih efektif dan efisien.
"Kalau dulu petani membajak sawah dengan alat tradisional butuh waktu 5-6 hari/hektar. Dengan memanfaatkan traktor, petani hanya butuh waktu 3 jam/ha. Sehingga, penggunaan alsintan 40% lebih efisien," tuturnya.
Alsintan tersebut kalau dikelola dengan baik bukan hanya mendorong indeks pertanaman (IP) petani dari yang semula 2 kali/tahun menjadi 3 kali/tahun, tapi juga meningkatkan produktivitas tanaman.
Nah, untuk mendorong Poktan dan Gapoktan di Jembrana dalam mengembangkan dan mengoptimalkan penggunaan alsintan, Kementan melalui Ditjen PSP memberi bantuan traktor roda dua sebanyak dua unit, kultivator 5 unit dan alat panen tanaman 2 unit. Bantuan senilai Rp 650 juta ini diharapkan bisa dikelola secara berkelompok dengan baik.
Â
(*)