Selesai 2020, Dua Bendungan Baru Ini Bakal Jadi Solusi Ancaman Banjir Jakarta

Pengerjaan bendungan Ciawi dan Sukamahi sudah mencapai 18 persen dan 80 persen untuk proses pembebasan lahan.

oleh stella maris diperbarui 03 Mei 2019, 08:17 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2019, 08:17 WIB
Kemen PUPR
Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Hari Suprayogi

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi dikebut pengerjaannya. Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Hari Suprayogi mengatakan bahwa proses pengerjaan mencapai 18 persen konstruksi, termasuk dalam hal pembebasan lahan yang mencapai 80 persen. Proses tersebut dipercepat untuk mengurangi ancaman banjir Jakarta.

"Itu semua APBN. Pemerintah Pusat semua baik lahan maupun konstruksi. Jumlahnya sekitar Rp1,2 triliun untuk konstruksi. Kalau pembebasan lahannya Rp1,5 triliun. Konstruksinya masing-masing sudah 18 persen. Sudah konstruksi," kata dia saat ditemui di Situ Lido, Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/4).

"Pembebasan lahan itu di daerah genangan. Namun untuk kerja sudah bisa, di daerah tapak sudah bisa kerja. Pembebasan lahan sudah tinggal sedikit. Sudah 70-80 persen. Sudah dipercepat sekarang," jelasnya. 

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bambang Hidayah mengatakan pihaknya menargetkan pembangunan dua bendungan tersebut dapat selesai pada 2020.

"Sekarang sedang dilakukan percepatan. Targetnya selambat-lambatnya tahun 2020. Itu bisa dirasakan. Bisa bareng (selesai) sehingga permasalahan banjir bisa kita kurangi," jelas dia.

Menurut dia, kehadiran kedua bendungan bisa menekan debit banjir di hulu hingga 30 persen. "Kalau untuk di hulu, Bogor bisa mengurangi 30 persen. Kalau untuk di Manggarai, 12 persen," urai dia.

"Karena semakin ke hilir debitnya makin besar. Kalau di Bogor sudah 400 meter kubik, di Manggarai sudah bisa di atas 600 meter kubik," jelasnya.

Normalisasi Perlu Disegerakan

 Kepala BBWS Ciliwung Cisadane menambahkan, hal lain yang perlu dilakukan untuk mengurangi banjir Jakarta ialah normalisasi Sungai Ciliwung. "Normalisasi sungai itu bagaimanapun juga harus segera diselesaikan," kata dia.

 Ini berkaca pada kejadian (25/4) lalu. Saat itu pemukiman warga di Depok terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung. Puluhan rumah warga pun tergenang air kali yang berwarna keruh. Air di Sungai Ciliwung meluap akibat curah hujan tinggi di Bogor.

 "Karena pengalaman kemarin terjadinya hujan itu baru siaga 1 di sini padahal di Depok hujan sedikit, hanya lebat di hulu sudah tidak mampu menampung debit banjir itu di Sungai Ciliwung," ungkapnya.

 "Saya berharap dan merupakan keinginan kami agar dapat mempercepat kegiatan normalisasi sungai di kota Jakarta, kegiatan ini yang kemarin sempat tertunda," imbuhnya.

 Menurut dia, Kementerian PUPR dan Pemprov DKI Jakarta berniat melakukan normalisasi sungai sepanjang 37 kilometer (Km) dari tahun 2013 sampai 2017. "Itu juga hanya 16 kilometer yang dikerjakan. Sisanya belum bisa dikerjakan karena lahan belum bebas. Sekarang pasca itu, kami belum kerja lagi," ujarnya.

 "Karena masih menunggu lahan dari Pemprov DKI. Kemarin sudah ada progres lahan yang sudah dibebaskan. Kami terima ada 14 hektar. Itu ada di Bidaracina, Duri, bervariasi. Kami lagi approach di lapangan," imbuhnya.

 Selain itu, dalam upaya menanggulangi banjir, pihak BBWS Ciliwung Cisadane bersama Pemprov DKI Jakarta sedang membangun terowongan sebagai jalan untuk membagi dan mengurangi debit banjir.

 "Dibantu Pemprov DKI Jakarta sedang kami selesaikan terowongan dari Bidaracina ke Kanal Banjir Timur. Itu nanti akan dibantu Pemprov DKI Jakarta. Itu kurang lebih nanti akan dialihkan 60 meter kubik debit di Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur. Sehingga ini akan mengurangi (banjir Jakarta)," jelasnya. 

 

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya