Deretan Fakta Aksi 22 Mei, Massa yang Sudah Disiapkan hingga Kericuhan

Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal justru mengungkapkan massa yang melakukan kerusuhan saat aksi 22 Mei berasal dari luar Jakarta.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 23 Mei 2019, 07:07 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2019, 07:07 WIB
Massa Aksi 22 Mei Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa
Warga melihat kerumunan peserta aksi massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat yang melakukan unjuk rasa di perempatan dekat Gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Dalam aksinya, mereka meminta Bawaslu memeriksa kembali hasil Pemilu 2019. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi 22 Mei sempat ricuh saat tengah malam hingga jelang subuh. Massa yang tidak mau dipukul mundur memaksa aparat bertindak tegas.

Kericuhan pun tak dapat terhindarkan. Setelah diselidiki, rupanya diduga ada sejumlah pihak yang sengaja membuat kekacauan dan menyerang petugas saat aksi 22 Mei.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto. Ia juga menduga, skenario yang dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini bertujuan untuk membangun kebencian kepada pemerintah.

Lebih dari itu, Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal justru mengungkapkan massa yang melakukan kerusuhan tersebut berasal dari luar Jakarta.

Namun rupanya, kericuhan kembali terjadi usai buka puasa di depan Gedung Bawaslu Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Massa aksi meletuskan petasan yang diarahkan kepada kepolisian yang berjaga.

Berikut deretan fakta aksi 22 Mei dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Massa Sudah Disiapkan dan Berasal dari Luar Jakarta

Massa Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu
Massa aksi 22 Mei mulai berkumpul di depan Gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5). Mereka mulai melakukan orasi menolak pemilu curang serta hasil rekapitulasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). (merdeka.com/Imam Buhori)

Kerusuhan yang terjadi pada Selasa 21 Mei malam hingga Rabu 22 Mei dini hari diduga bukan merupakan peristiwa spontan. Polisi menduga peristiwa tersebut telah di-setting atau by design oleh oknum tertentu.

"Pada pukul 03.00 WIB, 200 massa berkumpul di Jalan KS Tubun. Kita duga massa tersebut sudah disiapkan dan di-setting," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta.

Massa lalu bergerak ke Asrama Polri di Petamburan dan menyerang dengan batu, molotov, petasan, botol-botol yang ada.

Menurut Iqbal, massa tersebut bukan datang untuk aksi spontan. Polri menduga ada pihak tertentu yang sengaja menyiapkan massa tersebut untuk membuat kerusuhan.

"Saya menyampaikan bahwa dini hari tadi bukan massa spontan. Ini adalah peristiwa by design," tegas Iqbal.

Selain itu, ia mengungkapkan, massa yang bertindak brutal tersebut diperkirakan berasal dari luar Jakarta.

"Dari beberapa peristiwa, sudah ada data pemeriksaan sementara, bahwa mayoritas massa dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah," kata dia.

Massa ini datang pada pukul 23.00 WIB usai massa sebelumnya membubarkan diri setelah melakukan salat tarawih. Usaha petugas untuk mengimbau massa bubar tak dihiraukan hingga Rabu dini hari tadi.

Massa kemudian pecah menjadi dua ke arah Sabang dan ke beberapa gang-gang kecil. Iqbal mengatakan, pada pukul 02.45 ada massa lain yang berbeda lagi datang.

"Dugaan sementara mayoritas massa tersebut dari luar Jakarta," ucap Iqbal.

 

2. Sudah Ada Skenario dan Preman Berbayar

Aksi 22 Mei
Demonstran di Bawaslu saling dorong dengan petugas kepolisian. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto menyebut, ada sejumlah pihak yang sengaja membuat kekacauan dan menyerang petugas saat aksi 22 Mei.

Hal ini disampaikan Wiranto saat memberikan keterangan persnya di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta. Wiranto mengaku sudah melakukan investigasi atas kericuhan yang terjadi di Jakarta pada Rabu, 22 Mei 2019 dinihari tadi.

"Kesimpullan ada niatan atau skenario untuk membuat kekacauan dengan menyerang petugas," kata Wiranto.

Wiranto menduga, skenario yang dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini bertujuan untuk membangun kebencian kepada pemerintah.

"(Mereka) membangun antipati dan membangun suatu kebencian kepada pemerintah yang saat ini sedang melakukan upaya-upaya bagi kesejahteraan masyarakat," ucap Wiranto.

Mantan Panglima ABRI ini menyebut provokator adalah preman bayaran.

"Yang menyerang itu preman-preman dibayar, bertato," kata Wiranto.

Kapolri, ujar Wiranto, akan membuka fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dari provokator yang ditangkap dalam kerusuhan tersebut.

"Agar jangan sampai dilempar ke masyarakat pemerintah sewenang-wenang, diktaktor, aparat keamanan melawan rakyat. Sekarang kita buka, agar jangan sampai terkecoh dengan hasutan tersebut," pungkas Wiranto.

 

3. Korban Tewas Berjatuhan

Massa Perusuh di Slipi Lempari Polisi dengan Batu
Massa melempar batu ke arah aparat keamanan saat terjadi bentrok di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5/2019). Kerusuhan ini buntut aksi 22 Mei menolak hasil Pilpres 2019 yang diumumkan oleh KPU. (Liputan6.com/Gempur Muhammad Surya)

Enam orang tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019. Mereka tercatat di beberapa rumah sakit di Jakarta. Meski demikian, belum diketahui penyebab pasti kematian para korban.

Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, sampai dengan pukul 09.00 WIB, mencatat sebanyak 32 orang demonstran luka ringan. Sementara korban meninggal dunia tercatat satu orang.

"25 pasien sudah pulang, satu meninggal, dua luka tembak, satu rencana operasi," ujar Direktur Pelayanan Medis RS Budi Kemuliaan Muhammad Rifki di kantornya, Rabu, 22 Mei 2019.

Rifki mengatakan, 32 pasien tersebut diterima RS Budi Kemuliaan sejak dini hari tadi.

Dia mengatakan, satu orang yang meninggal atas nama Farhan Safero dan sudah dibawa ke RSCM untuk dilakukan autopsi. Menurut dia, korban meninggal mengalami luka tembak di bagian dada.

"(Korban meninggal) Kita curigai dari senjata tajam, karena sudah kita kirim ke RSCM. Atas nama Farhan," kata dia.

Sementara itu, di Rumah Sakit Tarakan tercatat 130-an pasien akibat kerusuhan ditangani.

"79 orang pulang sisanya diobservasi, 8 rencananya akan dioperasi, dan dua orang meninggal dunia," kata Humas RS Tarakan, dr Reggy S Sobari.

Adapun identitas meninggal atas nama Adam Nurian (17) yang merupakan warga Tambora, Jakarta Barat. Sementara seorang lainnya bernama Rizky Ramadhan (19). Informasi mengenai Rizky tercatat TKP Petamburan.

Sementara itu, Direktur Utama RS Pelni, dr Fathema Djan Rachma mengatakan, pasien yang menjadi korban kerusuhan 22 Mei 2019 yang dirawat, sudah diperbolehkan pulang.

"Iya sebagian yang dirawat sudah pulang, karena kebanyakan yang dirawat mengalami luka ringan," ujar dia.

"Ada juga yang luka sedang," dia menambahkan.

Fathema mengatakan, dari 86 korban luka, satu di antaranya meninggal dunia saat sedang perawatan medis. Saat ini, jenazah sudah dibawa ke Rumah Sakit Kramatjati, Jakarta Timur.

"Itu masih dalam proses kita. Tapi tadi sudah diambil alih kita rujuk ke Kramatjati," ucap dia.

 

4. Kembali Ricuh

Massa Aksi 22 Mei Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa
Peserta aksi massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat mengibarkan bendera Merah Putih raksasa saat melakukan unjuk rasa di perempatan dekat Gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Dalam aksinya, mereka meminta Bawaslu memeriksa kembali hasil Pemilu 2019. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Aksi damai 22 Mei di depan Gedung Bawaslu ricuh. Massa aksi meletuskan petasan yang diarahkan kepada kepolisian yang berjaga.

Selain petasan, massa juga melemparkan botol-botol palstik. Polisi tampak tak bergeming tetap menjaga aksi. Massa aksi 22 Mei juga membakar tenda. Di sisi lain ada massa yang mengibarkan bendera merah putih besar.

Polisi tanpa henti mengimbau agar massa tenang tidak berbuat aksi anarkistis. Massa juga diminta untuk menjaga aksi damai tidak terprovokasi pihak yang ingin membuat kerusuhan.

Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan berkali-kali mengimbau massa dan anggotanya untuk tidak terprovokasi dan melanjutkan kericuhan.

"Jangan tembak, jangan lakukan itu," teriak Harry melalui pengeras suara, Rabu (22/5/2019).

Namun massa aksi yang makin beringas tidak mengindahkan imbauan Kapolres dan terus membombardir dengan benda-benda yang ada, seperti batu, botol, dan lain sebagainya.

Berkali-kali juga Kapolres menyerukan kepada Moh. Jumhur Hidayat, Koordinator Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR). Jumhur adalah mantan Kepala BNP2TKI.

"Pak Jumhur bantu kami, TNI-Polri juga bagian masyarakat," kata Kombes Harry.

Namun, kericuhan dapat dikendalikan setelah polisi dibantu sejumlah ustaz menenangkan massa aksi.

"Terima kasih banyak ustaz dan korlap, terima kasih sudah membantu, Pak Jumhur Hidayat (Koordinator Aksi GNKR), Ustaz Bernard Abdul Jabar (pimpinan alumni aksi 212)," ucap Kombes Harry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya