Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang tidak tahu, bahwa kuliner khas Betawi tidak hanya sekadar kerak telor atau soto betawi. Kue abuk, jalabia, alia bagente, sengkulun, sangon, dan sayur babanci adalah sebagian dari makanan khas Betawi yang kini semakin langka ditemui di Jakarta.
Lantas, apa yang menyebabkan makanan-makanan ini semakin jarang ditemui?
Menurut pengamat budaya Betawi Fadjriah Nurdiasih alias Mpok Iyah, semakin langkanya kue-kue ini karena banyak generasi sekarang yang tak tahu cara mengolahnya. Atau karena tidak diturunkan secara turun temurun oleh para orangtuanya.
Advertisement
"Bisa juga langka karena persebarannya tidak merata. Misal, kue abuk mungkin banyak ditemui di Marunda zaman dulu. Tapi di Depok orang nggak kenal apa itu kue abuk," ungkap Mpok Iyah kepada Liputan6.com, Jumat (21/6/2019).
Selain itu, menurut Mpok Iyah, generasi sekarang pun kurang suka dengan kue-kue zaman dahulu. Akhirnya kue itu semakin jarang dibuat dan menjadi langka.
Meski kini jarang ditemui, makanan-makanan ini pernah menjadi primadona, Berikut beberapa makanan khas Betawi yang mulai punah dan jarang ditemui:Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sayur Babanci
Sayur babanci juga merupakan salah satu kuliner khas Betawi yang mulai langka. Langka karena bahan dan rempah-rempahnya sangat sulit ditemukan di Jakarta. Salah satu bahan yang susah dicari adalah terubuk.
Dinamakan sayur babanci karena tidak jelas jenisnya. Bahkan, tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sayur babanci antara lain jahe, serai, kapulaga, bunga bintang, cabai merah besar, asam jawa, kemiri, lengkuas, terasi, serundeng, petai, kelapa muda, dan banyak lainnya.
Konon, nama babanci diambil dari "perilaku" sayur ini yang tidak jelas kelaminnya alias banci. Dikategorikan gulai juga tidak, kare dan soto juga tidak. Beberapa orang bahkan meyakini bahwa nama babanci diambil dari perpaduan antara babah dan enci yang disinyalir makanan ini dulunya dibuat oleh para peranakan Betawi-Tionghoa.
Karena sulit mendapatkan bahan-bahannya, kini warga Betawi biasanya menyajikan sayur ini hanya pada hari-hari besar keagamaan sebagai menu keluarga, seperti buka puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan Idul Adha.
Advertisement
Alia Bagente
Namanya cukup asing terdengar. Bagi mereka yang baru pertama kali mendengarnya, mungkin akan sedikit mengeritkan dahi dan bertanya, jenis makanan apakah itu?
Bagi warga keturunan Arab Betawi, makanan ini pernah menjadi primadona pada dekade 1970-1980-an. Alia bagente dibuat dari kerak atau sisa nasi yang mengeras di bagian bawah kuali ketika menanak nasi, lalu dikeringkan, dan digoreng.
Untuk memakannya, tekstur alia bagente yang seperti kerupuk lalu disiram kinca atau gula merah agar rasanya semakin lezat.
Saat ini alia bagente jarang ditemui karena melihat situasi dan kondisi yang sudah jauh berbeda. Konon alia bagente dikatakan merupakan kreasi penduduk setempat.
"Ini kreativitas orang Betawi bahwa mereka tidak menyerah terhadap kemiskinan, tapi memanfaatkan apa yang ada," ujar pengamat Betawi, Fadjriah.
Jalabia
Kue khas Betawi lainnya yang kini semakin jarang ditemui adalah jalabia. Ini merupakan jajanan yang bentuknya menyerupai kue cincin atau donat.
Jalabria memiliki rasa manis yang pekat karena seluruh permukaannya dilumuri gula merah yang dibiarkan mengering seperti kue gemblong.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jajanan ini adalah di antaranya tepung ketan hitam, kelapa parut, garam, air dan gula merah.
Â
Advertisement
Sengkulun
Salah satu kuliner Betawi yang tampilannya mirip dengan kue keranjang adalah kue sengkulun.
Dibuat dari bahan baku berupa beras ketan, tekstur kue ini sangat lembut, lunak dan kenyal. Bicara soal rasa, kue ini sangat gurih karena penggunaan santan yang cukup kental. Penggunaan gula merah membuatnya berwarna cokelat.
Kue Abuk
Kue abuk dibuat dari tepung ketan, bisa singkong atau tepung beras. Untuk menambah kelezatannya ditambahkan parutan kelapa dan gula merah.
Kue tradisional khas Betawi ini biasanya berbentuk kerucut yang dibungkus dengan daun pisang. Cara memasaknya dengan dikukus.
Panganan khas zaman dulu ini bisa dijumpai pada bulan puasa di saat menjelang akhir Ramadan.Â