Anies Sebut Getih Getah Berjasa Gerakkan Ekonomi Mikro

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan angkat bicara soal pembongkaran instalasi bambu Getih Getah di Bundaran HI, Jakarta.

oleh Ratu Annisaa SuryasumiratYopi Makdori diperbarui 20 Jul 2019, 14:59 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2019, 14:59 WIB
Instalasi bambu "Getih Getah"
Pengunjung Car Free Day berfoto dengan latar belakang instalasi bambu "Getih Getah" di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (19/8). Karya seni Joko Avianto itu langsung diserbu dan menjadi objek foto baru bagi sejumlah masyarakat. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan angkat bicara soal pembongkaran instalasi bambu Getih Getah di Bundaran HI, Jakarta. Dia mengatakan, instalasi itu hanyalah bagian dari penyambutan acara Asian Games pada Agustus 2018 lalu.

Pemasangannya memang dirancang temporer.

"Sebagaimana berbagai atribut yang dipasang di sekitar Senayan dan berbagai wilayah Jakarta, itu semua bukan permanen. Seselesainya Asian Games maka semua atribut dilepas kembali," tulis Anies di Instagram pribadinya @aniesbaswedan, Sabtu (20/7/2019).

Menurut dia, Getih Getah memang diproyeksikan bertahan 6 bulan. Malah kenyataannya, lanjut dia, instalasi bambu ini bertahan lebih lama.

"Begitu juga dengan instalasi Bambu ini, tidak permanen. Saat itu diproyeksikan bisa bertahan 6 bulan. Ternyata malah bisa tahan lebih lama. Dan, kini memang sudah waktunya untuk diturunkan. Tidak ada yang aneh, selesai acara ya diturunkan," Anies menjelaskan.

Soal biaya, kata dia, perlu disadari pengeluaran pemerintah berbeda dengan pengeluaran perusahaan atau pribadi. Sebab, pengeluaran itu bertujuan menggerakkan perekonomian.

"Apalagi, jika penerima manfaat itu adalah kelompok-kelompok masyarakat yang jarang menerimanya. Itu prinsip dasar ekonomi makro," kata Anies.

Oleh karena itu, Anies sengaja memilih instalasi dari bahan bambu agar dana itu menjangkau petani serta seniman bambu. Termasuk juga untuk tenaga kerja terampil, jasa angkutan, dan tukang pasang hingga bongkar.

Bambu itu sendiri disebutnya berasal dari petani lokal di Jawa Barat. Dana pun diterima langsung oleh pelaku ekonomi mikro dan kecil, bukan pelaku ekonomi besar.

"Itu semua adalah akibat dari pilihan material bambu. Ia (bambu) menggerakkan ekonomi lokal, kecil dan rakyat kebanyakan," ucap Anies soal Getih Getah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tingkatkan Seni

Anies mengungkapkan, ke depannya Jakarta justru perlu lebih banyak memberikan anggaran untuk para seniman. Apalagi jika karya mereka menggunakan material lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat kebanyakan.

“Ketiga, soal karya seni itu sendiri. Alhamdulillah, syukur tak terhingga banyaknya warga yang sudah menyaksikan, menikmati dan berswafoto di depan #GetihGetah itu,” kata Anies.

“Karya bambunya (milik Joko Avianto) pernah dipampang di Esplanade Singapura, Yokohama dan Frankfurt. Kita senang ada putra bangsa, seorang seniman berkelas, Joko Avianto yang seni bambunya ikut mewarnai pusat kota Jakarta selama hampir setahun,” dia mengakhiri.

 

 
 
 
View this post on Instagram

Kemarin teman-teman jurnalis di Balaikota, banyak yang tanya soal instalasi bambu Getih Getah karya Mas Joko Avianto. Pertama, instalasi itu bagian dari penyambutan acara Asian Games Agustus tahun lalu. Sebagaimana berbagai atribut yang dipasang di sekitar Senayan dan berbagai wilayah Jakarta, itu semua bukan permanen. Seselesainya Asian Games maka semua atribut dilepas kembali. Begitu juga dengan instalasi Bambu ini, tidak permanen. Saat itu diproyeksikan bisa bertahan 6 bulan. Ternyata malah bisa tahan lebih lama. Dan, kini memang sudah waktunya untuk diturunkan. Tidak ada yang aneh, selesai acara ya diturunkan. Kedua, soal biaya. Perlu disadari bahwa pengeluaran pemerintah itu beda dengan pengeluaran perusahaan atau pribadi. Pengeluaran pemerintah juga bertujuan menggerakkan perekonomian, meratakan manfaat anggaran untuk orang banyak. Apalagi, jika penerima manfaat itu adalah kelompok-kelompok masyarakat yg jarang menerimanya. Itu prinsip dasar ekonomi makro. 🙂 Karena itu kita sengaja memilih instalasi dari bahan bambu agar dana itu menjangkau petani bambu, seniman bambu, dan tenaga kerja trampil di bidang bambu. Jasa angkutan, para tukang yg memasang hingga tukang yang membongkar. Itu semua adalah akibat dari pilihan material bambu; Ia menggerakkan ekonomi lokal, kecil dan rakyat kebanyakan. Bambunya dari Jawa Barat, petaninya tentu lokal. Dana itu diterima bukan oleh pelaku ekonomi raksasa, tapi justru oleh pelaku ekonomi mikro dan kecil. Ke depannya Jakarta justru perlu lebih banyak memberikan anggaran untuk para seniman, apalagi jika karya mereka menggunakan material lokal dan menggerakan ekonomi rakyat kebanyakan. Ketiga, soal karya seni itu sendiri. Alhamdulillah, syukur tak terhingga banyaknya warga yg sudah menyaksikan, menikmati dan berswafoto di depan #GetihGetah itu. Karya bambunya pernah dipampang di Esplanade Singapura, Yokohama dan Frankfurt. Kita senang ada putra bangsa, seorang seniman berkelas, Joko Avianto yang seni bambunya ikut mewarnai pusat kota Jakarta selama hampir setahun. Seni bambu karya Joko Avianto itu bukan hanya jadi tamu mempesona di negeri orang, tapi juga tuan rumah di negeri sendiri! Foto: dokpri & @jokoawi

A post shared by Anies Baswedan (@aniesbaswedan) on

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya