Liputan6.com, Jakarta - Sebuah stan di perayaan Lebaran Betawi 2019 di Monas itu berbeda dari anjungan lainnya. Di anjungan milik Kota Administrasi Jakarta Selatan ini menarik perhatian banyak wisatawan, terutama dari mancanegara.
Pemkot Jakarta Selatan menggelar workshop membatik di perayaan yang digelar selama tiga hari ini.
Advertisement
Batik dengan berbagai motif dijajarkan di sini. Salah satunya batik Betawi Terogong.
Nah, di stan ini, warga juga bisa melihat langsung cara membuat batik Betawi Terogong. Mulai dari menggambar pola batik hingga proses mencanting menggunakan malam.
Masyarakat juga bisa mencoba langsung cara membatik.
Bahkan, kata salah satu pembatik Yanti, ada warga negara asing yang mencoba membatik pagi tadi.
"Tadi ada orang Jerman, Australia, dan warga yang nyobain. Banyak mereka tadi nyobain di sini, sampai kainnya habis," kata Yanti kepada Liputan6.com, Sabtu (20/7/2019).
Tak ada biaya yang dipungut untuk membuat batik. Bukan tak ada alasan, menurut Yanti, perajin dan pemkot ingin mengenalkan batik Betawi Terogong kepada masyarakat.
Menurut dia, ajang Lebaran Betawi 2019 ini tak hanya mengenalkan budaya, melainkan juga sebagai ajang silaturahmi bagi warga DKI Jakarta. Meski saling tak mengenal satu sama lain, di ajang ini mereka saling bertemu dan tidak jarang bertegur sapa.
"Bukan hanya sekedar mengenalkan budaya Betawi, atau sekedar hiburan. Tetapi juga memang kalau saya lihat seperti ajang silaturahmi," kata Yanti.
Sediakan Musala
Penyelenggara Lebaran Betawi tak hanya menyuguhkan anjungan dari setiap kota administrasi DKI Jakarta, mereka juga memfasilitasinya dengan musala temporer. Jelas hal ini memudahkan pengunjung untuk menunaikan salat.
Musala temporer itu terbuat dari tenda dan ditempatkan di dekat gerai Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Untuk berwudu, panitia menyiapkan mobil tangki milik PAM Jaya sebanyak tiga buah.
Salah satu pengunjung bernama Hana bersyukur dengan adanya musala temporer ini. Dia tak perlu keluar dari wilayah Monas untuk menunaikan salat Ashar.
Pengunjung lain, Ridwan, mengapresiasi kesigapan panitia untuk menyiapkan tempat salat. Apalagi, menurut dia, mayoritas pengunjung adalah muslim yang harus menunaikan salat.
Untuk menyejukkan musala, panitia meletakkan AC portable di bagian sudut. Sedangkan bagian bawah dilapisi dengan karpet hijau.
Panitia tidak menyiapkan tempat penitipan alas kaki. Namun, belum ada laporan kehilangan sepatu atau sandal dari para pengunjung yang menunaikan salat.
Advertisement