Liputan6.com, Jakarta - Pascerupsi, aktivitas Gunung Tangkuban Parahu hari ini, Sabtu (27/7/2019) mengalami penurunan. Hal tersebut ditandai dengan material asap yang tak lagi keluar berwarna abu pekat, namun lebih didominasi gas dan uap air dari puncak gunung.
"Artinya kalau putih itu bahwa material yang dikeluarkan sekarang itu hanya dominan gas dan uap air. Tidak terdeteksi adanya bebatuan yang dikeluarkan," kata Kasubdit Mitigasi Gunung Berapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Nia H Haerani dalam sebuah video yang diunggah oleh akun @BNPB_Indonesia, Sabtu (27/7/2019).
Meski telah mengalami penurunan, pihak PVMBG masih mengeluarkan imbauan agar masyarakat untuk tetap waspada dan tidak beraktivitas di radius 2 kilometer dari kawah.
Advertisement
Gunung Tangkuban Parahu mengalami erupsi pada Jumat sore kemarin, sekitar pukul 16.00 WIB. Erupsi terekam dengan di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi sekitar 5 menit 30 detik. Saat ini Gunung Tangkuban Parahu berada pada status level I atau normal.
Berikut deretan fakta saat Gunung Tangkuban Parahu meletus:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kolom Abu Capai 200 Meter
PVBMG mencatat, letusan Gunung Tangkuban Parahu menghasilkan kolom abu yang ketinggiannya mencapai 200 meter.
Kolom abu juga teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan.
Meski aktivitas erupsi Gunung Tangkuban Parahu mulai menurun pada Sabtu (27/7/201) pagi. Kepala Pusat Vulkanologi Meteorologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi, Kasbani mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu baik pengunjung, wisatawan, pendaki untuk tetap berada pada jarak aman dari puncak gunung, yakni pada radius 2 kilometer.
Advertisement
Erupsi Berjenis Freatik
Sementara itu, menurut petugas pemantau dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Ilham Mardikaryanta menyatakan, erupsi yang terjadi pada Gunung Tangkuban Parahu merupakan jenis letusan freatik.
Kendati dalam status normal, PVBMG memperingatkan letusan jenis freatik harus diwaspadai.
"Tipikal erupsi freatik. Dia sifatnya dangkal dan itu bisa tiba-tiba erupsi. Makanya direkomendasi normal pun dari kami Badan Geologi merekomendasikan untuk semua aktivitas di atas mewaspadai bilamana letusan freaktik secara tiba-tiba," kata Ilham, Sabtu (27/7/2019).
PVBMG mencatat bahwa sebelumnya pada Oktober 2013, erupsi freatik juga pernah terjadi di gunung yang terkenal dengan Kawah Ratu. Untuk itu, dia mengimbau wisatawan yang hendak berkunjung ke Tangkuban Parahu agar menunda terlebih dahulu hingga kondisi Gunung Tangkuban Parahu aman.
Abu Erupsi Tak Pekat Lagi
Selain imbauan untuk beraktivitas pada radius jarak aman, pihak PVMBG menyebutkan bahwa abu erupsi Gunung Tangkuban Parahu saat ini tidak lagi hitam pekat.
"Saat ini abu vulkanik yang muncul dari Kawah Ratu ini sudah tidak begitu hitam pekat lagi," demikian pantauan PVMBG di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu dilansir Antara, Jumat (26/7/2019).
Pihaknya menyebutkan bahwa warna abu vulkanik yang muncul dari Kawah Ratu sudah cukup putih. Itu artinya yang dikeluarkan saat ini hanya uap air.
Advertisement
Potensi Bahaya Masih di Kawah
Pihak PVMBG juga menginformasikan bahwa kemungkinan terjadi letusan susulan di Gunung Tangkuban Parahu. Meskipun menurut PVMBG potensi terdampak masih di sekitar dasar kawah, tapi status aman tetap dipatok pada radius 2 kilometer.
BPBD Jawa Barat pun menginstruksikan hal demikian. Hal itu guna mencegah dan meminimalisir terjadinya hal-hal buruk.
"Untuk mengantisipasi risiko yang lebih buruk, BPBD setempat mengimbau siapa pun untuk 'tidak memasuki' radius 2 kilometer dari kawah gunung, sedangkan lokasi pemukiman berjarak kurang lebih 7 kilometer dari kawah," tegas BNPB masih dalam akun resminya.
Kendati begitu, BNPB menilai potensi ancaman Gunung Tangkuban Parahu sesungghunya masih di dalam kawah. Oleh karenanya belum ada kenaikan status bencana.
"Saat ini tingkat ancaman masih di dalam kawah sehingga belum perlu kenaikan status dari Level 1 (normal), kecuali ke depan ada potensi radius landaan yang membesar," terang BNPB.