Eks Ketua KPK: Jangan Main Tuduh Orang Berpeci Putih dan Celana Cingkrang Pasti Berpaham Radikal

Samad meminta agar sejumlah pihak yang menuding ada benih radikalisme di KPK tidak menilai seseorang dari penampilan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 07 Agu 2019, 18:18 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 18:18 WIB
Mantan Ketua KPK Abraham Samad saat menghadiri diskusi Seleksi Capim KPK di Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)
Mantan Ketua KPK Abraham Samad saat menghadiri diskusi Seleksi Capim KPK di Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad membantah isu merebaknya paham radikalime di lingkungan seleksi calon pemimpin KPK. Menurut Samad, isu radikal hanya sesuatu yang sengaja dibuat untuk melemahkan sistem pemberantasan korupsi dan menjauhkan eksistensi publok ke KPK.

"Radikalisme di KPK itu tidak ada sama sekali, isu dikembangkan orang yang takut agenda pemberantasan korupsi, supaya masyarakat menjauh dari KPK," kata Samad dalam diskusi Seleksi Capim KPK di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019).

Samad meminta agar sejumlah pihak yang menuding ada benih radikalisme di KPK tidak menilai seseorang dari penampilan. Contohnya, penampilan sejumlah pegawai KPK yang  berjenggot panjang, dan mengenakan celana cingkrang. Penampilan itu tidak bisa ditafsirkan orang tersebut berpikir radikal. 

"Ada orang pakai peci putih, celana cingkrang, jenggotan, masa langsung dikatakan radikal? Kan salah itu menurut saya," tegas dia.

Terkait dengan pelibatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam seleksi capim KPK, Samad menganggap hal itu sebagai langkah positif.

"Pelibatan BNPT ya perlu saja, bahkan kalau menurut saya harus lebih luas, BNN, Polri, semua dilibatkan juga, lembaga non pemerintah, plus kampus juga supaya pansel dapat gambarannya," jelas Samad.

 

Libatkan BNPT

KPK Rilis Indeks Penilaian Integritas 2017
Pekerja membersihkan debu yang menempel pada tembok dan logo KPK di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (21/11). KPK merilis Indeks Penilaian Integritas 2017. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sebelumnya, Panitia seleksi calon pimpinan KPK telah melibatkan BNPT untuk menelusur rekam jejak para kandidat.

Ketua Pansel KPK Yenti Ganarsih mengatakan dalam dinamika yang terjadi paham radikal berpotensi masuk bila tak diantisipasi.

"Berbagai hal dinamika yang terjadi adalah kaitannya dengan radikalisme. Sehingga pansel tidak mau kecolongan ada yang kecenderungan ke sana (radikalisme)," kata Ketua Pansel KPK Yenti Ganarsih di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 17 Juni 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya