Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko angkat bicara mengenai taruna akademi TNI Enzo Zenz Allie, yang dituding simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurutnya, TNI pasti akan melakukan penelitian personel secara ketat untuk mengetahui detail tiap taruna, termasuk Enzo.
"TNI itu mengenal namanya penelitian personel yang bertahap dan berlanjut. Jadi itu nanti akan terlihat dan diikuti dari waktu ke waktu. Apalagi dalam pendidikan itu akan diikuti dengan baik," kata Moeldoko di Unair, Surabaya, Sabtu (10/8/2019).
Dengan adanya penelitian yang bertahap dan ketat tersebut, Moeldoko yakin tiap taruna yang "melenceng" pasti akan ketahuan dan diberhentikan.
Advertisement
"Suatu saat orang-orang yang yang memiliki catatan-catatan itu pasti ketahuan. Kalau itu nyata-nyata pasti akan dikeluarkan. Apalagi di pendidikan. Itu pasti," kata Moeldoko.
Terkait anggapan bahwa TNI kecolongan dengan masuknya Enzo di TNI, Moeldoko menyebut hal itu mungkin saja terjadi. Sebab, tidak semua aspek bisa dideteksi melalui psikologi.
"Ternyata pada suatu saat nanti ada anak yang terlanjur masuk atau kecolongan kita, bisa itu terjadi. Karena psikologi itu sulit melihat orang-orang yang contohnya ini yang biasa nyuri. Itu sulit dilihat, tidak bisa dilihat di Psikologi dan biasa kita di taruna juga sering terjadi begitu," ujar dia.
Namun, apabila benar ada kecolongan sekalipun, kata Moeldoko, hal itu dapat dihentikan saat masuk Akademi militer.
"Nah begitu mereka di kampus Akademi Militer maka saat itu akan dikeluarkan. Jadi maknanya adalah penelitian personel itu berjalan terus-menerus di lingkungan TNI," tambahnya.
Ia mencontohkan, saat TNI pernah kecolongan ketika ada taruna tetapi terindikasi berideologi komunis.
"Contoh dulu orang-orang yang masuk taruna ada yang terindikasi ideologi komunis dari PKI dari keturunannya itu nanti akan ketahuan setelah sekian lama. Terhadap mereka ada catatan-catatannya dan harus diapakan," tandas Moeldoko.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pernyataan TNI
Beredar isu bahwa pemuda blasteran Prancis bernama Enzo Allie yang lolos akademi militer (Akmil) terpapar radikalisme. Isu ini berawal dari foto dalam akun Facebook Enzo Allié.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menyampaikan, pihaknya sudah sangat selektif dalam menyaring para taruna Akmil. Termasuk kepada Enzo Allie.
"Tidak (radikal). Kita kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja sif siang, sif malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif," tutur Sisriadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, TNI memiliki sistem seleksi mental ideologi. Mulai dari tes tertulis, wawancara, hingga penelusuran media sosial milik calon taruna akmil.
"Jadi itu sudah kita lakukan semua. Kalau masalah terpapar itu banyak orang terpapar. Mungkin mereka memberikan pendapat-pendapat tentang apa gitu," jelas dia soal Enzo.
Terlebih, selama masa pendidikan tiga bulan pun seluruh taruna akan menjalani pelatihan yang dapat membuatnya bersih dari berbagai pola pikir.
"Kemudian tiga bulan ini dia kan jadi nol lagi. Menjadi manusia biasa, bukan dengan segala ininya, mungkin bahasanya yang dia ahli itu bisa lupa itu. Pak Prabowo waktu masuk TNI kan dia tidak bisa bahasa Indonesia, bisa patah-patah. Wong sekolahnya dari kecil sampai SMA di Amerika kan. Zaman itu kita anti Amerika juga kan. Tapi enggak ada masalah. Sistem di TNI kita punya sistem untuk menyaring, namanya sistem seleksi dan klasifikasi. Jadi alat saringnya itu ketat sekali," kata Sisriadi.
"Kemudian potensi ekstremnya kita bisa baca di hasil psikotes, di hasil kepribadiannya. Kebaca di situ ini anak begini begitu. Kalau enggak lolos, dia kecoret di situ," Sisriadi menandaskan.
Â
Advertisement