Kejar Pelaku Rasis ke Mahasiswa Papua, 12 Orang Diperiksa

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menyatakan, pihaknya akan bergerak cepat menuntaskan kasus dugaan rasisme itu.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 24 Agu 2019, 12:36 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2019, 12:36 WIB
Aksi Kamisan ke-598
Peserta Aksi Kamisan ke-598 saat berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/8/2019). Aksi Kamisan ke-598 mengangkat permasalahan dan meminta pemerintah menghentikan kasus Rasisme, Kekerasan dan Diskriminasi yang terjadi di Papua. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menyatakan, pihaknya turut mengejar pelaku ujaran rasis ke mahasiswa Papua di Asrama Papua Surabaya, khususnya yang terekam dalam video viral beberapa waktu belakangan itu. Sejauh ini sudah ada 12 orang yang diperiksa perihal tersebut.

"Ormas dan sipil sudah diperiksa lima lagi. Jadi sudah 12 orang saksi yang kita periksa," tutur Barung saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (24/8/2019).

Barung menyebut, pihaknya akan bergerak cepat menuntaskan kasus dugaan rasisme itu. "Dalam waktu dekat ini lah kita umumkan (tersangka)," jelas dia.

Sementara untuk terduga pelaku yang disinyalir merupakan anggota TNI, lanjut Barung, telah diserahkan sepenuhnya kepada POM TNI. Yang jelas, baik TNI dan Polri melakukan koordinasi dalam pengusutan ujaran rasis ke mahasiswa Papua.

"Kalau TNI mungkin bisa (tanya) ke Kapendam (informasinya)," jelas Barung.

Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menindak tegas oknum aparatnya yang bertindak rasis terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Hal ini dikatakan Moeldoko menanggapi desakan sejumlah pihak agar Jokowi memberikan sanksi kepada oknum aparat yang berbuat rasis, sehingga memicu kericuhan di Papua. Moeldoko sepakat aparat yang melakukan hal itu diberikan sanksi secara hukum.

"Presiden kemarin juga sudah menyampaikan kepada Panglima, kalau memang ada aparatnya yang nyata-nyata melakukan hal seperti itu (rasis), tindak, enggak ada alasan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 22 Agustus 2019.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rasisme ke Mahasiswa Papua

Kerusuhan Pecah di Manokwari
Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Mereka membakar gedung DPR juga memblokade jalan dengan membakar ban sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Menurut Moeldoko, Presiden Jokowi telah memanggil Kapolri, Panglima TNI, dan Menko Polhukam Wiranto untuk membicarakan hal tersebut. Moeldoko menduga tindakan rasis itu terjadi lantaran ada oknum yang tidak paham situasi di lapangan.

"Karena ini enggak boleh terjadi. Siapa pun enggak boleh terjadi. Apalagi selaku, walaupun itu oknum ya, jelas-jelas oknum yang tidak memahami situasi lingkungan yang begitu dinamis," ujar mantan Panglima TNI itu.

Sebelumnya, kerusuhan pecah di Manokwari, Papua Barat, Senin, 19 Agustus 2019. Massa membakar Gedung DPRD Manokwari dan beberapa fasilitas umum. Tak hanya di Manokwari, unjuk rasa juga terjadi di Jayapura, Papua.

Kedua aksi ini ditengarai akibat kemarahan masyarakat Papua sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur serta Semarang Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Presiden Jokowi mengaku terus memantau kondisi keamanan di Papua dan Papua Barat pascakerusuhan. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, kondisi di dua wilayah tersebut saat ini telah kondusif.

"Tadi pagi saya telepon Pak Gubernur Mandacan (Dominggus Mandacan) di Papua Barat untuk tanyakan mengenai Manokwari seperti apa. Sudah baik, Sorong seperti apa, sudah baik," kata Jokowi saat melakukan kunjungan kerja di Kota Kupang, Provinsi NTT, Rabu 21 Agustus 2019. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya