Wiranto: Masih Ada yang Ingin Keadaan Papua Kacau

Wiranto berharap situasi di Papua dan Papua Barat bisa segera kondusif seutuhnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Sep 2019, 18:01 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 18:01 WIB
Wiranto Beri Penjelasan Soal Keamanan Pasca Pemilu 2019
Menkopolhukam Wiranto bersama Mendagri Tjahjo Kumolo dan KSP Moeldoko memberi keterangan usai rapat koordinasi tentang keamanan pasca-pemilu 2019 di Jakarta, Rabu (24/4). Wiranto menjelaskan Sejumlah isu seperti hoaks dan tuduhan yang berakibat pada delegitimasi KPU. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto menyebut di Papua telah digelar forum kepala daerah setanah adat Tabi, yang terdiri dari beberapa kabupaten seperti Membramo, Sarmi, dan Jayapura, yang digelar di Sentani, pada Selasa (3/9/2019) lalu.

Adapula pertemuan umat beragama yang dipimpin langsung oleh Bupati Jayapura dengan tujuan menjaga situasi kondusif.

Kendati demikian, Wiranto mengatakan aparat masih menemukan isu ajakan demo susulan yang bernada provokasi. Oleh karena itu, ia meminta kepada petugas keamanan agar melakukan pendekatan persuasif guna mencegah kerusuhan kembali terjadi.

"Masih ada yang ingin keadaan kacau, aparat keamanan harus hati-hati, itu kenapa sampai sekarang kita masih membatasi kegiatan internet," kata Wiranto di kantornya, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019).

Dalam hal ini, mantan Panglima TNI itu berharap situasi di Papua dan Papua Barat bisa segera kondusif seutuhnya. Dengan demikian, pasukan keamanan bisa segera ditarik.

"Pasukan kita juga nggak mau lama-lama di Papua, kangen anak istri, biayanya juga nggak murah," kata Wiranto.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kerusuhan di Papua

Seperti diketahui, unjuk rasa menuntut penandatanganan persetujuan referendum Papua berujung ricuh. Empat orang aparat keamanan jadi korban dalam insiden tersebut.

Massa menggelar aksi tersebut di depan Kantor Bupati Deiyai, Papua, pada Rabu, (28/8/2019).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, awalnya jumlah demonstran hanya berjumlah 150 orang. TNI-Polri yang dikerahkan ke lokasi mencoba bernegosiasi dengan pengunjuk rasa.

Saat proses negosiasi berlangsung, ribuan massa dari berbagai penjuru datang membawa senjata tajam dan panah.

"Langsung menyerang aparat keamanan. 1 TNI (tewas), dan 3 Polri (belum dapat konfirmasi) jadi korban," katanya di Mercure Convention Centre Ancol, Rabu (28/8/2019).

Dedi mengungkapkan, seluruh korban mengalami luka akibat terkena panah. Saat ini, TNI-Polri berupaya mengendalikan situasi di wilayah tersebut.

Reporter: Ronald

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya