Liputan6.com, Jakarta Nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Soekarno begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan, sebuah negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Kepopuleran nama Presiden Soekarno berkaitan dengan kisah ditemukannya makam Imam Bukhari, seorang perawi nabi yang sangat termasyur di kalangan umat Islam.
Tidak banyak yang tahu, Soekarno lah orang yang meminta pemerintah komunis Soviet agar menemukan makam tersebut. Berkat jasa Soekarno, saat ini komplek makam Imam Bukhari yang terletak di desa Hartang, sekitar 25 kilometer dari Samarkand telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia.
Baca Juga
Kebesaran nama Soekarno tidak hanya dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun menggema di seluruh dunia. Dia dikenal sebagai sosok pemimpin berani, tegas, kharismatik dan tidak mudah diatur oleh bangsa manapun. Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, kisah kepahlawan Bung Karno juga dirasakan bagi umat Islam di dunia. Salah satunya di Uzbekistan.
Advertisement
Kisah tersebut bukan hanya cerita fiksi. Saat rombongan delegasi MPR RI menginjakkan kaki pertama kali di Bandar Udara Internasional Tashkent, Ibukota Uzbekistan, nama Soekarno lah yang pertama kali disebut ketika delegasi memperkenalkan diri dari Indonesia. Salah satunya adalah Elyas, seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang langsung menyebut nama Soekarno ketika berjumpa dengan delegasi yang akan menyampaikan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI kepada masyarakat Indonesia yang ada di Uzbekistan.
Soekarno kata Elyas sangat melekat bagi masyarakat Uzbekistan karena dipandang memiliki jasa besar dalam menemukan makam Imam Bukhari. Elyas dan pemuda Uzbekistan mengetahui nama dan jasa Soekarno dari orang tua dan membaca buku-buku yang diterbitkan di Uzbekistan.
Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai ketika paska Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow. Saat itu, Soekarno sadar, sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara Non Blok harus bersikap netral terhadap Blok Timur maupun Blok Barat.
Tapi disisi lain, Soekarno juga menyadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non-blok dan kesepakatan yang telah dicapai dalam Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara Barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia. Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut blok timur yang dipimpin oleh negara komunis Soviet.
Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu. Kata Soekarno kepada Presiden Soviet, "aku sangat ingin menziarahinya".
Menurut Israil, muazim Masjid Imam Bukhari, menjelang kedatangan Bung Karno pada tahun 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno. Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukannya dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak dari pintu depan menuju makam ketika turun dari mobil yang mengantarnya.
“Presiden Soekarno merangkak menuju makam lalu memanjatkan doa dan dilanjutkan sholat serta membaca Al-Quran” terang Israil.
Keterangan tersebut diperkuat oleh Muhammad Maksud, penjaga makam Imam Bukhari, bahwa atas jasa Presiden Soekarno, komplek makam Imam Bukhari kini dipugar hingga terlihat sangat megah seperti saat ini. Sehingga, komplek makam seluas 10 hektar ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Sementara itu, Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR RI yang juga ketua delegasi saat mengunjungi makam Imam Bukhori (Sabtu,14/9) mengatakan kunjungannya bersama delegasi adalah untuk melanjutkan silaturahmi yang pernah dilakukan oleh Presiden RI Pertama, Soekarno di tahun 1956 dan 1961 saat berkunjung ke Samarkand serta menyampaikan amanah Presiden RI ke 5 Megawati Soekarnoputri yang juga putri Presiden Soekarno yang berpesan agar bangsa Indonesia menghormati Imam Bukhori sebagai seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang hadist-hadistnya menjadi rujukan umat Islam sedunia.
Basarah berharap hubungan baik antara Uzbekistan dengan Indonesia baik pemerintah Indonesia dengan pemerintah Uzbekistan maupun masyarakat Indonesia dengan masyarakat Uzbekistan yang khususnya mayoritas beragama Islam.
"Hubungan kedua negara dapat ditingkatkan dengan kerjasama kebudayaan dan pariwisata, salah satunya menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi masyarakat muslim Indonesia dan sebaliknya makam-makam tokoh-tokoh yang menyiarkan Islam di Indonesia seperti Wali Songo juga dapat menjadi destinasi wisata religi masyarakat Uzbekistan ke Indonesia selain destinasi wisata lainnya seperti Bali, Pulau Komodo dan lain lain", pungkas Basarah
Delegasi MPR lain yang hadir dalam acara tersebut antara lain, Zainut Tauhid (PPP), Bachtiar Aly (Nasdem), Hamka Haq, (PDIP), M. Toha (PKB), Safrudin (PAN), Deding Ishak (Golkar) dan Adrianus Garu (DPD RI).
(*)