AHY Ingatkan Banyak Tantangan untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0

Menurut AHY, Revolusi Industri ke-4 yang ditandai dengan semakin biasnya dunia riil dan digital akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, telah menghadirkan peluang dan tantangan baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Sep 2019, 08:19 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2019, 08:19 WIB
Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menilai perkembangan teknologi menbuat kita memasuki Revolusi Industri ke-4.
Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menilai perkembangan teknologi menbuat kita memasuki Revolusi Industri ke-4.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menilai perkembangan teknologi menbuat kita memasuki Revolusi Industri ke-4.

"Dampak dari revolusi ini telah mempengaruhi setidaknya tiga aspek, yaitu politik, ekonomi, dan sosio-kultural," ujar AHY ketika menghadiri undangan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dalam acara International Conference on Indonesian Development (ICID) 2.0 di Universitas Erasmus, Rotterdam, Belanda, Kamis (19/9/2019) malam, waktu setempat.

Menurut AHY, Revolusi Industri ke-4 yang ditandai dengan semakin biasnya dunia riil dan digital akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, telah menghadirkan peluang dan tantangan baru.

Dalam aspek ekonomi, kata dia, telah membuktikan bahwa disrupsi bisnis model tradisional belakangan ini telah memberi kesempatan bagi para pengusaha jenis baru.

"Sepuluh tahun yang lalu, orang-orang mungkin skeptis terhadap prospek e-commerce di Indonesia. Tapi sekarang kita bangga melihat beberapa start-up digital lokal berkembang menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar, atau yang sering disebut sebagai unicorn," terangnya.

AHY juga mencontohkan beberapa start-up sukses asal Indonesia, diantaranya seperti Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, yang bahkan telah melakukan ekspansi hingga ke negara-negara Asia Tenggara.

"Mereka tidak hanya membantu mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga telah mengubah cara hidup masyarakat kita," kata AHY.

Di sisi lain, lanjut AHY, disrupsi ini juga memunculkan sejumlah tantangan. Beberapa pekerjaan menjadi tidak terpakai dan pada akhirnya hilang. Para pekerja di bidang tradisional harus bisa beradaptasi menyesuaikan tren yang ada. Oleh karena itu, AHY menekankan peran pemerintah dalam menghadapi tantangan ini, sebab hal ini tidak bisa hanya diserahkan begitu saja pada kekuatan pasar.

"Pemerintah perlu memastikan adanya bidang yang seimbang antara bisnis dan keuntungan yang dapat dinikmati oleh semua pihak, bukan hanya terkonsentrasi pada segelintir orang," kata AHY menjelaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Butuh Pelatihan dan Pendidikan yang Tepat

Realokasi tenaga kerja ke sektor-sektor ekonomi baru yang terus tumbuh, kata AHY akan membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

"Kolaborasi antara pusat pendidikan dan industri akan dibutuhkan untuk memastikan keselarasan. Seluruh perspektif ini membutuhkan pendekatan pembangunan yang inklusif dari pemerintah," sambungnya.

Lebih lanjut, AHY percaya bahwa pemerintah harus secara konsisten menerapkan 4-track development strategy untuk memanfaatkan Revolusi Industri ke-4. Keempat strategi itu adalah, berpihak pada pertumbuhan ekonomi, berpihak pada masyarakat tidak mampu, berpihak pada pencari kerja, dan berpihak pada lingkungan hidup.

"Implementasi strategi ini akan membantu menghasilkan lebih banyak peluang ekonomi, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan melindungi lingkungan. Tidak seorang pun boleh tertinggal. Tujuan keseluruhan adalah untuk mencapai pertumbuhan yang berkeadilan. Hanya dengan begitu kita dapat memperoleh manfaat ekonomi penuh dari Revolusi Industri ke-4," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya