Misbakhun Dorong Lulusan Perguruan Tinggi Berkarya Lewat Start-up

Misbakhun menuturkan, ada banyak tantangan sekaligus peluang di era perubahan besar yang berbasis pada kemajuan teknologi informasi itu

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2019, 11:28 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2019, 11:28 WIB
Yusron/Liputan6.com
Misbakhun orasi ilmiah di depan wisudawan dan wisudawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun mengingatkan lulusan perguruan tinggi untuk melek Revolusi Industri 4.0. Legislator Partai Golkar itu menuturkan, ada banyak tantangan sekaligus peluang di era perubahan besar yang berbasis pada kemajuan teknologi informasi itu.

"Revolusi Industri 4.0 memengaruhi cara industri beroperasi dan cara melayani konsumen. Situasi ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan diri," ujar Misbakhun saat orasi ilmiah di depan wisudawan dan wisudawati Sidang Senat Terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (21/9/2019). 

Dia menjelaskan, besarnya perusahaan bukan lagi ukuran keberhasilan. Sebab, kini yang dituntut adalah kelincahan dan kemampuan membaca kebutuhan pasar. Misbakhun mencontohkan Grab dan Go-Jek yang menjadi ancaman bagi pemain-pemain besar industri transportasi. Contoh lainnya adalah Airbnb yang menggerus kampiun perhotelan.

"Grab dan Go-Jek justru tidak memiliki satu pun armada transportasi. Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama industri perhotelan dan tidak memiliki satu pun hotel,” tutur Misbakhun.

Inti Revolusi Industri 4.0 adalah makin kuatnya peran internet yang memudahkan komunikasi antarmanusia, manusia dengan mesin, bahkan mesin dengan mesin. Karena itu, katanya, peran manusia lebih pada fungsi controling.

"Untuk memastikan mesin berinteraksi sesuai yang diharapkan," katanya.

Lebih lanjut Misbakhun mengatakan, hal menonjol di era Revolusi Industri 4.0 adalah disrupsi. Kini, nama-nama besar di berbagai sektor industri menghadapi disrupsi.

Misbakhun menjelaskan, nama-nama besar di industri kalah bersaing bukan karena melakukan kesalahan. Sebagai contoh adalah Nokia yang produk-produknya pernah merajai pasar, namun kini tergusur dan kalah bersaing. Menurutnya, Nokia kalah bersaing bukan karena kurang kreatif ataupun tak berinovasi.

"Kini inovasi berkelanjutan yang dulu dianjurkan para ahli, tak cukup lagi. Ini menjadi persoalan besar pada abad ini, sebab kini dunia tengah menyaksikan tumbangnya merek-merek besar yang tak pernah kita duga akan secepat itu terjadi," ulasnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya