Polisi Tangkap Pelaku Pembakar Lahan di Sumsel

Pembakaran itu dinilai lebih murah dan cepat bila dibandingkan dengan menggunakan traktor.

oleh Ika Defianti diperbarui 03 Okt 2019, 07:07 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2019, 07:07 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)

Liputan6.com, Palembang - Bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih mengancam sejumlah wilayah di Indonesia, salah satunya Provinsi Sumatera Selatan. Kepolisian pun telah menangkap empat pelaku pembakar hutan selama September 2019.

Untuk Kabupaten Banyuasin, empat pelaku diamankan di lokasi yang berbeda. Luas lahan yang terbakar secara keseluruhan yakni 26,6 hektare.

Kapolres Banyuasin AKBP Danny Sianipar menyebut keempat pelaku tersebut melakukan pembakaran dengan alasan ingin membuka lahan untuk pertanian. Pembakaran itu dinilai lebih murah dan cepat bila dibandingkan dengan menggunakan traktor.

"Penangkapan pelaku itu ada dari laporan masyarakat dan ada yang ditangkap langsung di lokasi saat bakar lahan," kata Danny, Rabu (2/10/2019).

Karena itu, dia mengimbau agar masyarakat ataupun kalangan korporasi agar tidak menggunakan cara membakar lahan untuk membuka lokasi pertanian. Selain merusak lingkungan kawasan setempat dapat tercemar kabut asap.

"Mari kita bekerja sama untuk menanggulangi kebakaran hutan, kebun dan lahan yang terjadi di wilayah masing-masing supaya tidak dilanda bencana kabut asap," ucapnya.

Kemudian di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), polisi juga telah menangkap empat pelaku selama Juli-September 2019. Kapolres Muba AKPB Yudhi Pinem menyebut pelaku dari kalangan perorangan dan bukan dari kalangan korporasi.

"Motif ingin buka lahan pertanian ingin hemat biaya," jelasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dampak Kabut Asap

Sementara itu, warga di beberapa kota di Pulau Sumatera belakangan ini harus menjalankan aktivitas di tengah kabut asap yang menyesakkan. Kondisi tersebut juga berpengaruh pada perekonomian warga di sekitar Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Tak sedikit dari warga Palembang yang menggantungkan hidup dengan menjalani profesi menawarkan jasa penyeberangan wisata ke salah satu destinasi ternama di sana, Pulau Kemaro. Ketika kabut asap kembali menyapa, mereka terpaksa tutup sejenak.

"Kalau asapnya penuh, berpengaruh. Tapi kalau seperti sekarang tidak. Kalau tebal (kabutnya) tidak jalan, saya ngeri tubrukan," kata Asrul, salah satu penyedia jasa penyeberangan ke Pulau Kemaro.

Asrul berkisah, kabut asap menyelimuti Palembang mulai tiga bulan lalu. Kondisi tersebut kian diperparah dengan hujan yang tak kunjung turun dan berdampak pada usaha jasa penyeberangannya.

Kabut asap yang menyelimuti sekitar Sungai Musi dan Jembatan Ampera disampaikan Asrul sangat berbahaya bagi jasa penyeberangan. Jika ada kabut asap, ia memilih untuk tidak bekerja satu hari.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya