Kesaksian Mencekam Pengungsi Kala Wamena Membara Diamuk Massa

Kepanikan pun meliputinya. Dia lantas menyudahi aktivitasnya dan segera mencari istri dan anaknya yang masih berusia 10 tahun.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 03 Okt 2019, 10:34 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2019, 10:34 WIB
Pengungsian Wamena
Ratusan orang pengungsi terdampak kerusuhan Wamena, Kabupaten Jawawijaya, berada di dalam sebuah gedung serbaguna milik TNI di wilayah Sentani, Jayapura.

Liputan6.com, Jakarta Namanya Ruslan. usianya 43 tahun. Pagi itu, Senin 23 September 2019, menjadi hari tak bisa dilupakannya bersama warga Wamena lainnya. Teriakan mencekam dari sejumlah oknum menghempas aktivitas paginya sebagai pekerja serabutan.

"Bakar, bakar, semuanya," ujar Ruslan menirukan pekik sekelompok massa.

Kepanikan pun meliputinya. Dia lantas menyudahi aktivitasnya dan segera mencari istri dan anaknya yang masih berusia 10 tahun.

Lemparan batu silih berganti memecah kaca-kaca rumahnya sekaligus kios kelontong yang menjajakan kebutuhan sehari-hari. Tidak ada yang bisa Ruslan perbuat selain berdoa kalau memang hari itu ajal menjemputnya.

"Mungkin saya hanya sampai di sini," kata Ruslan mengenang kejadian tersebut kala berbincang dengan Liputan6.com di Posko Pengungsian di Jayapura, Rabu (3/10/2019).

Ruslan mengaku bersembunyi di kandang babi di belakang pekarangan rumahnya. Dia sudah masa bodoh dengan seluruh harta benda yang habis dibakar massa. Rumah dan kendaraan roda duanya habis dilumat si jago merah.

Menjelang siang hari, untung bala bantuan pengamanan datang. Tim Gabungan Polri hadir untuk meredam kerusuhan yang kian memanas. Ruslan bersama keluarganya berhasil dievakuasi menuju Polres terdekat. Ruslan selamat bersama ribuan masyarakat lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Aksi Cepat Penyelamatan Polri

Dalam kesempatan terpisah, Mantan Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja sempat mengungkap kegalauanya dalam memberi instruksi.

Satu sisi menilai aksi kericuhan terjadi bisa saja menghalalkan Polri bertindak reprepsif, kendati di sisi lainnya, Polri juga berkewajiban untuk melindungi masyarakat yang terancam keselamatannya.

"Saya pilih yang kedua, dan syukur karena tidak ada yang tertembak atau meninggal dunia. Tapi mungkin karena kinerja saya itu belum maksimal," kata Rudolf saat pidato di serah terima jabatannya kepada Irjen Paulus Waterpauw.

Pengamanan Ekstra

Didapuknya kembali Irjen Paulus Waterpaw sebagai Kapolda Papua oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, diharapkan dapat mengembalikan kondusifitas Bumi Cendrawasih dari serangkaian aksi kerusuhan. Diketahui, mulai dari akhir Agustus 2019, dipantik isu rasisme, tindakan anarkistis terus terjadi hingga pecah di Wamena sepekan silam.

Jenderal bintang dua ini berjanji dengan pendekatan humanis dan cara-cara yang pernah diterapkan sebelumnya, Papua akan dinormalkan kembali, tidak ada ketakutan dan ancaman dengan pengamanan ekstra yang akan diberikan.

"Pengamanan pasti kita optimalkan, namun keberadaan saya kembali di Polda Papua bukan apa-apa tanpa dukungan seluruh anggota Polda Papua, saya tak dapat bekerja sendiri, seberat apa pun tugas dan tanggung jawab bisa, bila kita memupuknya bersama," kata Paulus hari ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya