Didemo Mahasiswa, Kedatangan TKA Asal China di Sultra Tetap Didukung Warga

Sejak berdirinya VDNI, penghasilan rata-ratanya melonjak menjadi Rp 5 juta per hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jun 2020, 15:15 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 18:55 WIB
Lokasi pembangunan pabrik di PT VDNI Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara belum rampung menunggu kedatangan TKA China.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Lokasi pembangunan pabrik di PT VDNI Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara belum rampung menunggu kedatangan TKA China.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe - Kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China menimbulkan polemik di publik. Bahkan, ratusan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di Bandara Haluoleo, Kendari, Selasa (23/6/2020), untuk menolak kedatangan TKA yang merupakan tenaga ahli yang membantu mempercepat selesainya pembangunan smelter PT VDNI dan PT OSS di Konawe, Sulawesi Tenggara.

Kendati demikian, pendapat sebaliknya justru disampaikan oleh warga lokal di sekitar pabrik. Mahadi (52 tahun), misalnya, Kepala Desa Purui Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, menyayangkan pihak-pihak yang berkomentar tanpa mempertimbangkan ekonomi masyarakat setempat yang bergantung pada beroperasinya industri pengolahan nikel ini.

"Kehadiran VDNI membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu," terangnya saat ditemui di Konawe.

Salah seorang warga lainnya, Budiono (58), bahkan mengaku senang dengan kedatangan TKA tersebut, karena dapat mempercepat selesainya smelter yang tengah dibangun. Sebab hal tersebut menurutnya membuat omzet usaha warung makannya akan semakin ramai.

Sejak berdirinya VDNI, penghasilan rata-ratanya melonjak menjadi Rp 5 juta per hari. Padahal, dahulu penghasilan sebagai petani hanya sebesar Rp 5 juta per tiga bulan saat panen.

Pria yang membuka tempat usaha warung makan di jalan masuk kawasan industri tersebut juga mengantongi tambahan penghasilan dari indekos yang ia bangun. Indekos semi permanen dengan 56 kamar tersebut tak pernah kosong penghuni.

"Saya sewakan ada yang Rp 600 ribu, Rp 800 ribu, sampai sejuta sebulan," ujarnya.

Selain menguatkan perputaran ekonomi, kedatangan TKA tersebut diharapkan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja lokal di Sultra, khususnya di wilayah sekitar berdirinya pabrik.

Menurut salah seorang pekerja lokal, Sukal Septi Sari, kedatangan tenaga ahli asal China tersebut akan meningkatkan lapangan kerja dari perusahaan.

"Tenaga kerja lokal bisa diserap, karena satu tenaga ahli dari China akan dibantu oleh tujuh karyawan lokal," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Penyerapan Tenaga Lokal

Pekerja lokal lainnya, Ruli, menuturkan bahwa semakin banyak masuknya TKA yang merupakan tenaga ahli, akan berdampak positif terhadap penyerapan tenaga lokal terutama angkatan pekerja yang baru lulus jenjang pendidikan.

"Masuknya mereka akan berdampak positif, karena anak-anak muda yang baru saja menamatkan pendidikan yang masih nganggur dan lulus sekolah dapat langsung diserap untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya