Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi terus memanggil sejumlah tokoh ke Istana Kepresidenan, Jakarta, hingga hari ini, Selasa (22/10/2019). Mereka digadang-gadang akan menjabat sebagai menteri di Kabinet Kerja Jilid II.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi salah satu orang yang diundang ke Istana. Tito datang bersama Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal dan sejumlah pejabat kepolisian lainnya datang pada Senin, 21 Oktober kemarin.
Tito tiba di Istana sekitar pukul 12.10 WIB dengan mengenakan pakaian dinas Polri. Saat ditanya terkait kedatangannya, Tito menduga itu untuk membicarakan masalah keamanan.
Advertisement
"Dipanggil Presiden, tapi saya kira ini mengenai situasi kantibmas. Kemarin pelantikan, pengamanan pelantikan," kata Tito Karnavian.
Sementara itu, menurut penuturan Kadiv Humas Polri Irjen Mohamad Iqbal, Tito kemungkinan akan menduduki jabatan baru pada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Apakah jabatan baru untuk Tito Karnavian? Berikut sederet fakta tentang Tito yang akan menduduki jabatan baru di pemerintahan Jokowi dan Ma'ruf Amin:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bintang Kelas Sejak di Bangku Sekolah
Sejak di bangku sekolah, Jenderal Tito Karnavian sudah menunjukkan keunggulan akademiknya. Saat di SMP dan SMA, ia telah menjadi bintang kelas. Ranking satu dan dua jadi langganan bagi Perwira Tinggi Polri ini.
Kepandaiannya itu mengantarkan Tito menembus empat perguruan tinggi ternama, yakni Fakultas Kedokteran Universitas Sriwjaya, jurusan Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, dan Sekolan Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta.
Namun, dia lebih memilih Akabri bagian Akademi Kepolisian. Di Akademi Kepolisian, Tito meraih Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akpol 1987.
Untuk mengisi wawasan akademisnya, Jenderal Kapolri Tito Karnavian melanjutkan pendidikan di Universitas Exter di Inggris di tahun 1993 dengan gelar MA bidang Kepolisian.
Lalu tahun 1996 ia memperoleh gelar Strata 1 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dengan predikat Bintang Wiyata Cendikia alias lulusan terbaik PTIK. Begitupun saat dirinya menempuh pendidikan di Lemhanas di 2011 juga mendapat predikat lulusan terbaik.
Advertisement
Raih Gelar Profesor di 2017
Sisi intelektual jenderal asal Palembang, Sumatera Selatan, itu semakin lengkap ketika meraih gelar profesor di bidang terorisme dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kepolisian Studi Strategis Kajian Kontra Terorisme di STIK-PTIK di 2017.
Karier moncer Tito tak lepas dari torehan prestasinya saat menjadi perwira kepolisian dalam mengungkap satu kasus besar.
Pada 2000 hingga 2002 saat ia menjabat Kasat Serse Polda Metro Jaya, Tito Karnavian berhasil mengungkap kasus bom di Kedubes Filipina (2000), bom Bursa Efek Jakarta (2001), bom malam Natal (2001), dan bom di Plaza Atrium Senen.
Hingga puncaknya saat Tito dengan pangkat kompol memimpin tim kecil bernama Cobra yang berhasil menangkap otak pelaku pembunuhan hakim Saifudin Kartasasmita. Ketika itu, Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro menaikkan pangkat Tito satu tingkat menjadi AKBP.
Menuntaskan Sejumlah Kasus
Dengan pangkat AKBP, Tito Karnavian kemudian menjabat Kasat Serse Keamanan Negara (Kamneg) di Polda Metro Jaya.
Pengungkapan besar, seperti bom di gedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), kasus pembunuhan Direktur PT Asaba oleh kelompok Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004) bom Bali II (2005) dan bom di pasar Tentena, Poso (2005) berhasil dia ungkap.
Puncaknya, saat bersama kompatriotnya, Idham Aziz, yang saat ini menjabat Kabareskrim berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005.
Saat itu Tito kembali mendapatkan lagi Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Komisaris Besar (Kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto.
Kasus-kasus lainnya yang berhasil diungkap adalah kasus korupsi Bulogate, kasus pengemboban dan tindak pidana terorisme. Mulai dari bom buku sampai bom di Kedubes Australia hingga membongkar jaringan terorisme di Poso dan separatis Papua.
Advertisement
Pengakuan Dunia Internasional
Seiring dengan segudang prestasi yang diraih, dia pun mendapat pengakuan dari dunia internasional. Di antaranya ketika menjabat sebagai Kepala Sub Detasemen (Kasubden) Intelijen Densus 88 Antiteror Mabes Polri di tahun 2006 hingga 2009.
Sebut saja, Terorism Course British High Commissioner di Singapura (2005); Maritime Security Conference and Course di Kuala Lumpur, Malaysia (2006); National Tactical Officers Association (NTOA) Conference and Course di Los Angles (2006); Short Course on Radicalisation by Australian Forgein Affairs and Trade, Sydney Australia (2010).
Kebijakan Promoter
Bagi insitusinya, kebijakan ini sangat berpengaruh di internal Kepolisian. Tito paham betul bagaimana meningkatkan kompetensi SDM Polri yang semakin berkualitas melalui kapasitas pendidikan dan pelatihan, serta melakukan pemolisian berdasarkan prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan, dan dapat diukur keberhasilannya.
Tito juga dinilai berhasil meningkatkan kepolisian modern dengan melakukan modernisasi dalam layanan publik yang didukung teknologi, sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh masyarakat, termasuk kebutuhan Alat Material Khusus (Almatsus) dan Alat Perlengkapan Keamanan (Alpakam) yang modern dan terpercaya.
Yaitu dengan melakukan reformasi internal menuju polisi yang bersih dan bebas dari KKN demi terwujudnya penegakan hukum yang objektif, transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
Advertisement