Liputan6.com, Jakarta - Prabowo Subianto sudah resmi dilantik menjadi Menteri Pertahanan. Ia dilantik bersama 37 menteri dan pejabat setingkat menteri lainnya.
Pelantikan Prabowo Subianto bersama 37 menteri lainnya dalam Kabinet Indonesia Maju dilakukan di Istana Negara, Rabu (23/10/2019).
Usai pelantikan dan pembacaan sumpah menteri yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, acara dilanjutkan dengan bersalaman.
Advertisement
Tak sendiri, Prabowo saat itu ditemani oleh putranya Didit Hedi Prasetyo. Sang anak nampak setia berdiri sang ayah. Didit merupakan anak Prabowo dengan mantan istrinya Titiek Soeharto.
Prabowo bukanlah orang baru dalam politik. Ia sebelumnya sempat menjadi oposisi dan lawan Jokowi-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019.
Tetapi kini, Ketua Umum Partai Gerindra ini masuk bergabung ke dalam pemerintahan menjadi pembantu Jokowi.
Berikut profil Prabowo Subianto dihimpun Liputan6.com:
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masa Kecil dan Kehidupan Prabowo
Prabowo adalah putra dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo (yang merupakan begawan ekonomi Indonesia) dan Dora Marie Sigar atau lebih dikenal dengan nama Dora Soemitro.
Ia juga merupakan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia, dan Ketua DPA pertama.
Prabowo Subianto dinamai menurut Soebianto Djojohadikoesoemo, pamannya yang gugur dalam Pertempuran Lengkong.
Ia memiliki dua kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu orang adik, Hashim Djojohadikusumo.
Masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur lalu lanjut Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich pada 1963-1964.
Kemudian Prabowo melanjutkan SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967. Pada 1970, barulah ia masuk ke Akademi Militer Nasional, Magelang.
Prabowo adalah keturunan Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu) yang bernama Raden Tumenggung Kertanegara III.
Prabowo juga terhitung sebagai salah seorang keturunan dari Adipati Mrapat, Bupati Kadipaten Banyumas Pertama. Selain itu, garis keturunannya dapat ditilik kembali ke sultan-sultan Mataram.
Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto pada bulan Mei 1983. Namun pada 1998 keduanya berpisah, tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia.
Dari pernikahan ini, Prabowo dikaruniai seorang anak, Ragowo "Didiet" Hediprasetyo. Didiet tumbuh besar diBoston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer.
Â
Advertisement
Karier Militer
Karier militer Prabowo Subianto dihabiskan di Kopassus Satuan Elite TNI, mulai dari Komandan Pleton hinggal menjadi Komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal.
Sejumlah operasi militer seperti pembebasan sandera di Papua dan Timor-timur saat itu sempat melambungkan nama Prabowo dan menjadi jenderal termuda yang meraih bintang tiga pada usia 46 tahun.
Kecemerlangan Prabowo memudar ketika terus dikaitkan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Mulai dari tudingan penculikan aktivis, kasus Trisakti, dan tuduhan penyulut kerusuhan Mei 1998.
Tetapi hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dalam kasus penculikan aktivis, membuat Prabowo dipecat dan harus menanggalkan dinas ketentaraannya.
Sejak peristiwa kerusuhan Mei 1998, Prabowo terbang ke Amman, Yordania menemui sahabatnya yang juga menjadi panglima pasukan khusus.
Di sana ia belajar bisnis dari berbagai jenis usaha. Mulai dari migas, pertambangan, pertanian pulp, dan aneka usaha lainnya.
Prabowo kembali ke Indonesia mengikuti jejak adiknya, Hashim Djojohadikoesoemo yang sukses menjadi konglomerat. Tetapi kondisi Indonesia yang tertinggal dari negara ASEAN lain memanggilnya kembali ke politik.
Â
Karier Politik
Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto.
Kemudian, Prabowo bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono, serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra pada tanggal 6 Februari 2008.
Prabowo menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai tersebut meraih 4.646.406 suara (4,46 persen) dan menempatkan 26 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilu legislatif Indonesia pada 2009.
Lalu pada 9 Mei 2008, Partai Gerindra menyatakan keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU.
Namun, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Prabowo dan Megawati menandantangani Perjanjian Batu Tulis.
Keduanya mengambil motto Mega-Pro dan telah menyelesaikan persyaratan administratif KPU dan berkas laporan kekayaan ke KPK.
Deklarasi Mega-Prabowo dilaksanakan di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Deklarasi ini menghabiskan ongkos Rp 962 juta. Deklarasi ini juga mendapat perlawanan sejumlah organisasi pembela Hak Asasi Manusia yang berencana akan berunjuk rasa di sejumlah tempat.
Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei memprediksi pasangan Megawati-Prabowo kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, dan Pemilu Presiden 2009 berakhir dalam satu putaran.
Hasil Perhitungan Manual KPU yang diumumkan 25 Juli 2009 tak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat. Megawati dan Prabowo tidak hadir dalam acara penetapan hasil tersebut meski UU No.42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden mengamanatkan bagi tiap pasangan calon untuk hadir dalam penetapan hasil Pilpres.
Â
Advertisement
Kembali Maju Jadi Capres
Partai Gerindra telah menyatakan mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014.
Prabowo sendiri sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai presiden, jika mendapat dukungan dari rakyat.
Walaupun beberapa lembaga survei mencatat elektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan dengan calon-calon presiden lainnya, tidak sedikit pengamat politik yang meyakini kalau langkah Prabowo akan terganjal elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya yang sangat rendah.
Di Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Gerindra meraih posisi ketiga, hanya sedikit selisih suara dibanding PDIP dan Golkar, yaitu 11,58 persen, sementara PDIP meraih 19,52 persen dan Golkar 15,22 persen berdasarkan perhitungan cepat Kompas hingga 9 April 2014.
Kemudian pada 2019, Prabowo kembali menjadi Capres dengan didampingi Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno.
Keduanya maju dalam Pilpres 2019 melawan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Prabowo-Sandiaga maju dengan dukungan dari parpol Partai Gerindra, PAN, PKS, Partai Demokrat, dan Partai Berkarya.
Namun sayang, Prabowo harus menelan pil kekalahan pada Pilpres 2019 kali ini.
Â