Sederet Fakta Suhu Panas Ekstrem yang Landa Indonesia, Apa Penyebabnya?

Di beberapa wilayah Indonesia, suhu panasnya bisa mencapai 40 derajat Celcius.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2019, 07:42 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2019, 07:42 WIB
Ilustrasi Lipsus Cuaca Panas
Ilustrasi Lipsus Cuaca Panas

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari ini sejumlah wilayah di Indonesia mengalami suhu panas ekstrem. Berdasarkan laporan beberapa stasiun pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu udara di Indonesia bisa mencapai 37 derajat Celcius sejak 19 Oktober 2019.

Bahkan di beberapa wilayah Indonesia, suhu panasnya bisa mencapai 40 derajat Celcius. Suhu panas akan berlangsung selama satu minggu ke depan.

Berikut ini daerah di Indonesia yang dilanda suhu panas ekstrem dan penjelasan BMKG:

1. Suhu di Bali Mencapai 35 Derajat Celcius

BMKG Wilayah III Denpasar mencatat suhu panas mencapai 35 derajat celcius di Provinsi Bali. Angka tersebut paling tinggi dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

"Ini kan musim kemarau dan saat ini masih musim transisi. Kemudian dalam kondisi saat ini suhu (panas) juga cukup meningkat. Tercatat di bulan Oktober ini saja suhu mencapai 35 derajat tertinggi di Bali," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman, saat dihubungi, Rabu (23/10/2019).

"Kalau kita bandingkan dengan rata-rata 30 tahun (lalu) itu sekitar 34,9 (derajat Celcius). Tapi ini belum ekstrem jadi kalau dikatakan ekstrem itu ketika suhunya lebih dari 35 (derajat Celcius)," imbuh Iman.

Iman menyampaikan, untuk prediksi suhu panas di Bali akan berlangsung selama sepekan ini dan wilayah yang suhunya paling panas adalah Denpasar.

"Yang paling tinggi di Sanglah (Denpasar). Kalau di Kuta itu masih 34 (derajat celcius). Kalau dari perkiraan kami sampai sepekan ke depan tapi tidak selalu bertambah semakin panas. Jadi ada fluktuasi tergantung kondisi atmosfernya. Misalkan, terjadi penguapan lebih banyak sehingga ada perawanan, maka suhu akan turun. Ketika dia cerah lagi dia akan naik lagi," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2. Suhu Panas di Solo Capai 37 Derajat Celcius

Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat Solo dan sekitarnya merasakan meningkatnya suhu udara saat siang hari. Tak sedikit warga yang mengunggah kondisi suhu udara di status WhatsApp pribadi atau di media sosial lainnya. Disebutkan suhu udara di Solo kali ini mencapai 40 derajat atau 42 derajat celcius.

Namun Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah, Iis Widya Harmoko, menyampaikan kondisi suhu tersebut berbeda dengan catatannya. Menurutnya, suhu tertinggi di Kota Solo pada Senin (21/10/2019) mencapai 37 derajat.

"Di Solo sampai sore ini antara 36-38 derajat Celcius, di Semarang lebih tinggi sedikit," ujar Iis, Senin (21/10/2019).

Penghitungan suhu tersebut berdasarkan peralatan yang sudah sesuai standar. Di Solo, penghitungan dilakukan salah satunya di Bandara Internasional Adi Soemarmo. Kalau hanya aplikasi di handphone tidak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

Iis menambahkan, tingginya suhu udara tersebut merupakan hal yang wajar. Apalagi bulan Oktober merupakan puncak tingginya suhu udara. Saat itu, lanjut dia, matahari berada di atas kita. Dia memperkirakan suhu udara akan menurun saat memasuki bulan November, di mana musim penghujan akan datang.

3. Suhu Panas di Sulawesi Capai 38.8 Derajat Celcius

Berdasarkan catatan BMKG pada 20 Oktober, terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat Celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat Celcius.

Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat Celcius. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celcius.

4. Penjelasan BMKG

BMKG melalui situs resminya memberikan penjelasan terkait suhu panas yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Suhu panas terjadi karena persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari.

Seperti diketahui pada bulan September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember 2019.

Sehingga pada Oktober, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan yaitu Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak. Sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.

Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari. Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara.

Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Dalam waktu sekitar satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering. Sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya.

Reporter : Syifa Hanifah

Sumber: Merdeka

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya