Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, masyarakat Ibu Kota Jakarta sangat mengandalkan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Bantargebang. Tahukah Anda bahwa dalam beberapa tahun lagi, TPST itu tak akan mampu lagi menapung sampahmu alias overload?
Pemprov DKI pun tak henti mengimbau agar masyarakat tak sepenuhnya mengandalkan TPST Bantargebang sebagai satu-satunya solusi mengatasi sampah. Oleh karena itu, mengubah perilaku warga untuk lebih peduli dengan pengelolaan sampah rumah tangga justru lebih penting.
Advertisement
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menegaskan bahwa pengelolaan sampah memerlukan perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan mindset bahwa kota bukan hanya sekadar terlihat bersih dan rapi dengan mengirimkan sampahnya ke TPST Bantargebang, tapi mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.
"Kita harus memulai kegiatan pengurangan sampah dengan aktivitas 3R (reduce--kurangi, reuse-- guna ulang, recycle--daur ulang)," kata Anies.
Selain mengajak warga mengubah perilaku terhadap sampah, Pemprov DKI juga melakukan groundbreaking mendirikan pengolahan sampah di dalam kota, atau Intermediate Treatment Facility (ITF) yang ditargetkan akan rampung pada 2022.
Bahkan, proyek ITF adalah salah satu tempat pengolahan sampah terbesar di dunia, sebab mampu mengolah 2.200 ton sampah. Untuk itu, Pemprov DKI sedang gencar mengejar pembangunan empat unit ITF.
"Dengan empat ITF bisa gantikan posisi Bantargebang karena kita merasa bahwa Bantargebang itu kan sudah mencapai kapasitas maksimumnya, dan kayaknya terlalu bahaya kalau hanya kita mengandalkan Bantargebang," ungkap Anies.
Perhatian ke ITF
Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan bahwa pihaknya tengah mengejar pembangunan empat unit ITF yang tersebsar di Jakarta. Setiap unit menghabiskan biaya sebesar Rp750 miliar dan nantinya menggantikan peran TPST Bantargebang.
Salah satu mendapat perhatian lebih adalah ITF Sunter karena tak hanya sebagai pengolahan sampah alternatif. ITF Sunter berfungsi sebagai penghasil tenaga listrik dan dirancang bisa mengolah sampah sampai 2.200 ton per hari.
Dengan begitu diharapkan akan mengurangi jumlah sampah Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat. ITF Sunter diperkirakan akan beroperasi penuh pada 2022.
Pemprov DKI Jakarta juga telah menetapkan dua lokasi ITF lainnya, yakni kawasan Cilincing, Jakarta Utara dan Rawa Buaya Cengkareng, Jakarta Barat. "Satu lagi kami sedang cari untuk yang wilayah selatan," tuturnya.
ITF merupakan solusi yang dirumuskan gubernur atas permasalahan pengelolaan sampah ibu kota yang sudah dirasakan menahun tanpa solusi efektif untuk jangka panjang.
Oleh karena itu, sesuai Pergub No 33 Tahun 2018, pihak Pemprov DKI gencar mengejar proyek ini untuk segera rampung, mengingat usia produktif TPST Bantargebang hanya diperkirakan tinggal dua hingga tiga tahun.
Pembangunan ITF Sunter diprediksi akan berjalan mulus, terlebih ketika sudah dilaksanakannya Perjanjian Kerja Sama Pemprov DKI dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Perjanjian Jual Beli Listrik yang dilakukan antara perusahaan publik asal Finlandia, Fortum dengan PT PLN (Persero) dengan PT Jakarta Solusi Lestari (JSL)—Perusahaan Patungan PT Jakpro sebagai operator ITF Sunter.
"Kami diamanatkan melaksanakan proyek ITF sebagai upaya bersama mengurangi masalah sampah kota. ITF Sunter mampu mengubah sampah menjadi energi listrik 35 MW dari material 2.200 ton sampah per hari," tutur Dwi Wahyu Daryoto, Direktur Utama PT Jakpro.
(*)